Selasa, 18 Desember 2012

tangisku di tanggal 18 bulan ke-12 tahun 2012

Tuhan..
Saat kau mengambil separuh dari kehidupanku tanpa terduga waktunya
Aku kecewa,marah,kesal
Mengapa kau lakukan ini tiba-tiba?

Tapi ku berpikir pada saat waktu terduga maupun tidak terduga,tetap separuh dari kehidupanku lambat laun akan menghilang
Saat dihadapkan pada kenyataan ibuku terbaring tanpa ruh,ku berpikir kau mengambilnya itu merupakan cobaan bagiku,walaupun pada usia dimana aku sangat membutuhkan sosok seorang ibu untuk membimbingku,tapi kau lakukan pada saat itu,berarti kau tau bahwa ku mampu melewatinya

6 tahun menjalani hidup tanpa sosok ibu
Setiap kali bayangannyaterlintas,airmata pun tak bisa ku bendung lagi
Aku tau tangisku menyiksanya,tapi Tuhan maafkan aku,aku bukan menolak ketetapanmu,tapi aku hanya memiliki rasa rindu,aku takmeminta untuk kau kembalikan ibu ke dunia,tapi di setiap hariku,di sela ibadahku,di sela tangisku,ku sisipkan doa untuknya sekaligus penenang hatiku tanpanya
Posted on by Unknown | No comments

Jumat, 14 Desember 2012

121212



Selasa,11 Desember 2012 – Siang hari yang terik ini, aku tak merasakan panas itu karena aku sedang berada di dalam mesjid. Aku baru saja selesai menjalankan ibadah shalat dzuhur. Sebelum aku bergegas kembali ke kampus,aku sejenak merenungkan mengingat hari ini adalah hari kesebelas di bulan desember. Bulan desember mengingatkan pada sebuah kejadian yang tak pernah aku lupakan sepanjang hidupku.
  “Din...”, temanku menepuk bahuku dan aku pun kaget dibuatnya.
  “kamu kenapa?bengong aja,kamu sakit?”,kata anita.
  “oh enggak kok,lagi inget sesuatu aja”,jawabku.
  “inget apa?cerita dong sama aku”, anita menawarkan diri.
  “engga apa-apa kok,ayo kita balik lagi ke kampus,udah jam 12.30 kita ada jadwalkan”,aku mencoba mengalihkan.
  “hmm ayo deh”,anita menggerutkan dahi seperti ada rasa penasaran dihatinya.
Kita berdua berjalan menuju kampus. Tetap saja kejadian 7 tahun yang lalu berputar di pikiranku,seakan aku ingin kembali ke masa itu untuk mengubah alur cerita yang amatlah buruk bagi hidupku.
Akhirnya kita berdua sampai di kampus dan kita berdua masuk kedalam kelas. Ternyata kita telat 5 menit. Teman-teman yang lain sudah sejak 5 menit tadi memperhatikan dosen menjelaskan. Aku merasakan teman-temanku melihat dengan tatapan heran berarah kepadaku.
Aku bertanya kepada teman disebelahku.
  “ada apa sih?ada yang aneh sama aku?”,tanyaku pada ica dengan suara pelan.
  “kamu murung banget din,biasanya kan gak kaya gitu,lagi ada masalah ya?”,tanya ica.
  “ah enggak kok,lagi ga bersemangat aja akunya”,jawabku.
  “oh gitu,tapi masih terlihat aneh”,jawabnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tak banyak kata yang aku keluarkan. Sebenarnya pikiranku sedang kalut. Entahlah rasa ini hinggap dengan sendirinya.
Selama aku beraktivitas di kampus,mungkin teman-temanku merasa terganggu dengan sikapku yang sedang kalut,tapi apalah daya aku sulit untuk menceritakan ini pada temanku.
Akhirnya aku memisahkan diri dari teman-temanku agar mereka tidak terganggu dengan kehadiranku. Aku pergi ke mushola untuk sejenak merenungkan dan menenangkan diriku. Ternyata temanku anita mengikutiku dari belakang. Dia menghampiriku dan mencoba membujukku untuk menceritakan apa yang sedang aku rasakan.
  “din,kamu kenapa sebenernya?kita khawatir sama kamu,kamu gak biasanya kaya gini?”,tanya anita dengan hati-hati.
Aku menundukan kepala dan tanpa aku sadari pipiku telah basah oleh air mata yang mengalir begitu saja.
  “loh kok kamu nangis din?kamu kenapa?”,tanya anita dengan gugup.
Aku lalu memeluk dia. Aku merasa tak sanggup untuk menahan rasa ini. Air mataku semakin deras keluar,betapa berat kejadian 7 tahun yang lalu itu untuk aku kenang. Terlalu pahit untuk aku ingat,mencoba melupakan pun sangatlah sulit.
  “ta,biarkan aku menangis hari ini dan jangan kamu tanya mengapa aku menangis”,kataku sembari memeluk dia.
  “tapi din...”. aku memotong ucapan anita.
  “biarkan aku menangis hari ini ta,nanti akan aku jelaskan,tolong sampaikan pada teman-teman yang lain maaf membuat mereka merasa gak nyaman dengan sikap dini,tapi tolong ta biarkan aku menangis hari ini biar aku tenang”,pintaku.
  “iya din,menangislah”,jawabnya.
Aku menangis di dekapan tubuh anita,walaupun aku tahu dia bingung dengan apa yang terjadi pada diriku,tapi dia tidak tahu bahwa pelukannya membuatku merasa tenang. Sudah cukup puas aku menangis,aku melepaskan pelukan dari anita.
  “makasih ta udah menemani aku menangis,aku mau pulang ta”,kataku.
  “iya din,ayo kita pulang”,ajaknya.
Kita pun pulang kerumah masing-masing. Aku sampai dirumah tepat jam 7 malam. Tubuhku lemah dan mataku lelah karena menangis. Aku tak langsung tidur tapi aku mengambil air wudlu untuk melaksanakan shalat isya. Setelah selesai shalat isya aku duduk diatas sajadahku dan menengadahkan tanganku dan berdoa.
            Ya allah,ampunilah segala dosaku
            Engkau tahu apa yang kurasakan saat ini
            Engkau mengerti apa yang kulakukan saat ini
            Tolong kuatkan hati hamba
            Tolong relakan hidupku ini tanpanya,engkau tahu yang terbaik untukku,amin
Aku selesai berdoa dan membereskan alat shalatku. Aku menuju kamarku. Aku memandangi foto ibuku yang terpajang di dinding kamarku seraya aku berkata, “mah,mungkin esok hari kau akan lebih perih melihatku,tapi aku mohon maafkan aku untuk kali ini”. Lalu aku segera terbaring di tempat tidurku untuk memulihkan tenagaku untuk ku pakai esok hari. Dan aku pun tertidur.

Rabu,12 Desember 2012 – Hari ini adalah hari yang memiliki kombinasi tanggal,bulan,dan tahun yang unik,yaitu tanggal 12,bulan 12,tahun 2012. Ada beberapa orang yang menjadikan hari ini untuk hari pernikahan,hari jadian,hari kelahiran,dan lain sebagainya.
Siang hari di kantin kampus,aku dan teman-teman sedang asyik bercanda ria dengan topik hari yang unik ini.
  “eh bagus ya hari ini tanggal 12,bulan 12,tahun 2012 ,unik banget ya”,kata ica.
  “iya bagus banget,aduh aku berharap ada cowo yang nembak aku di tanggal ini loh”,kata anita.
  “hahahahahaha......”,teman-temanku yang berada di kantin semuanya tertawa riang tak terkecuali aku,aku pun tertawa mendengar ucapan anita temanku.
Di sela tawa mereka aku coba untuk memisahkan diri.
  “eh temen-temen aku kesana dulu bentar ya”,aku menyela diantara tawa mereka.
  “mau kemana din?”,tanya akbar.
  “bentar aja kok”,jawabku.
Aku seperti biasa ke mushola. Aku pikir tempat itu adalah tempat yang tepat untuk aku merenung. Sesampainya aku di mushola aku mengeluarkan secarik kertas dan aku mulai menuliskan sesuatu di kertas itu.
Rabu,12 Desember 2012
Mah,ini adalah suratku yang ketujuh yang aku tulis. Mah,kamu tahu bahwa aku tak bisa melupakan semua kenangan tentangmu,semua ceritamu,canda tawa,keluh kesahmu,kebahagiaanmu,kesedihanmu semua terekam baik dalam memoriku. Tahun ketujuh ini bertepatan dengan tanggal unik untuk orang-orang di luar sana “121212”,tapi bagiku tidak mah. Angka itu tidak sama sekali unik untukku. Jika aku bisa kembali ke 7 tahun yang lalu,inginku merubah takdir dengan menjadikan kejadian itu yang membahagiakan untukku,bukan kesedihan yang mendalam yang kurasakan sampai saat ini. 7 tahun mungkin telah mendewasakan pikiranku tentangmu,aku tidak terlalu berlarut dalam angan tentangmu. Namun aku selalu menginginkan kau kembali ke dunia ini mah,mendekap hangat tubuhku,merangkulku saat senang maupun sedih. Mah,maafkan aku telah menyakitimu dengan tangisanku,aku mohon biarkan aku menangis,mungkin dengan ini aku mengobati rasa rinduku padamu. Mah,aku ingin ini adalah tangisan terakhirku untukmu agar kau tak tersakiti olehku. Aku akan selalu mencintaimu sampai kapanpun.
                        12 Desember 2005 – 12 Desember 2012
Anakmu yang selalu mencintaimu
Dini Anggraeni

Aku tahu pasti anita mengikuti dari belakang. Dia menghampiriku saat aku selesai menulis suratku.
  “din,kamu kenapa?”,tanya anita penasaran.
Aku memberikan surat yang tadi aku tulis kepada anita untuk dia baca.
  “nih ta,kamu baca aja,tapi jangan kamu baca disini,kamu keluar aja,aku pengen sendiri”,sahutku.
Anita mengambil surat itu,lalu dia menuruti kataku. Dia keluar dengan membawa suratku tadi. Dia kembali ke kantin menemui teman-teman yang lain.
  “hey,sini-sini kita baca surat yang ditulis dini tadi”,kata anita.
  “surat apa ta?”,tanya ica.
  “aku juga gak tahu,makanya kita baca surat ini,biar aku bacain ya”,anita menawarkan.
Teman-teman yang lain menganggukan kepala dan mendengarkan isi surat yang anita bacakan kepada mereka.
Setelah anita selesai membacakan surat itu,dia terdiam dan teman-teman yang lain pun terdiam. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun mereka berlari menuju mushola untuk menemuiku.
  “dini.......”,teriak mereka sembari mereka memelukku.
Aku menangis dengan sangat derasnya,mereka pun ikut menangis. Mereka meminta maaf karena mereka tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku tetep menangis diantara pelukan mereka.
Aku melepaskan pelukan mereka dan mencoba mengeluarkan beberapa kata.
  “ta,mana suratku tadi?”,tanyaku.
Anita memberikan suratku yang tadi ku berikan kepadanya.
  “teman-teman maafkan aku,selama 2 hari ini aku menjadi berbeda terhadap kalian,sekarang kalian tahu penyebab mengapa aku begini. Maafkan aku”,kataku sambil aku menangis.
  “aku sulit untuk menceritakan ini kepada kalian,aku terlalu lemah untuk menceritakan kejadian ini kepada kalian. Ini adalah hari ketujuh tahunnya mamah aku meninggal. Aku tak sanggup harus merubah hari yang unik ini yang harus di isi dengan kebahagiaan menjadi hari penuh air mata yang aku alami sekarang,aku tak ingin menghilangkan canda tawa kalian”,ujarku.
  “maafin kita din,kita gak peka sama yang dini rasain,kita gak peduli mau hari unik sekalipun,percuma kita bahagia tapi salah satu dari kita tidak bahagia”,anita menjelaskan.
  “maafin dini”,dengan suara lirih.
Mereka kembali memelukku mencoba untuk menenangkanku. Akhirnya air mataku sedikit demi sedikit berkurang.
  “teman-teman aku harus pergi”,kataku.
  “kamu mau kemana din?”,tanya ica.
  “aku mau ke makam mamah”,jawabku.
  “kita ikut ya”,pinta ica.
Aku diam.
  “pokoknya kita ikut din,kamu gak boleh nolak!”,paksa ica.
Akhirnya mereka pun ikut ke makam bersamaku. Kami pergi bersama-sama menggunakan sepeda motor. Aku berdua bersama akbar di depan,yang lain mengikutiku dari belakang. Sampailah kami di makam,tempat ibuku di makamkan.
Kami menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Sampailah kami di makam ibuku. Di samping makam ibuku terdapat sebuah kotak bening dari bahan plastik yang didalamnya terdapat surat-surat. Aku memasukan suratku yang tadi aku tulis kedalam kotak itu. Aku sengaja memajang kotak itu di samping makam ibuku,hanya untuk simbolis penghantar pesan isi hatiku kepada ibuku. Padahal mana mungkin hal itu terjadi,ibuku pasti sudah bisa merasakan sendiri tanpa adanya surat sekalipun.
Teman-temanku heran melihatku. Mungkin mereka menganggapku gila,tapi terserahlah. Dengan cara itu bisa membuatku lebih tenang.
  “mah,ini surat ketujuhku semoga ini tangisan terakhir untukmu agar kau tidak tersakiti olehku lagi,semoga tahun depan aku bisa lebih tegar dan tidak menyiksamu,biarkan hari ini 121212 menjadi hari terakhir aku menyakitimu,agar kelak setelah ini kamu bahagia disana,amin”,doaku.
Teman-temanku ikut mendoakan ibuku. Setelah selesai kami pun pergi. Dan aku menarik panjang nafasku dan aku hembuskan diiringi dengan senyuman,semoga ibuku tersenyum juga di alam sana.
Posted on by Unknown | No comments

Kamis, 06 Desember 2012

sang langit biru

kala malam mendera
asaku akanmu hinggap
pilar pilar hatiku
menampakan dirimu seakan wajahmu dihadapanku

angin berhembus disekelilingku
seraya hembusan hasratmu
menyentuh relung hatiku
menusuk hingga jantungku

kau bagai langit biru
cerah,indah,bersinar
menggoreskan lukisan bumi
amat indah terlihat

tak ku sangka awan hitam menghampirimu
mendekat dengan cepatnya
seraya dia berkata
jangan kau lihat lagi keindahan langitku
Posted on by Unknown | No comments

rasa terpendam

rasa yang kian kupendam
lama-lama makin menjadi
harapku akanmu
makin besar bersemayam dalam angan

kau laksana pangeran yang muncul dihadapanku
senyum yang kau lantunkan
tatapan yang menghangatkan
memberi arti kehangantan

tapi rasa itu tak kudapati lagi
kenyataan pahit harus merenggutnya
pangeranku tak berarah kepadaku
karena ada putri lain yang sedang menunggumu
Posted on by Unknown | No comments

Kamis, 29 November 2012

ampunkanlah

dalam keheningan malam
berselimutkan airmata
menengadahkan tanganku
mengharap ampunan-Mu

teringat akan salahku
yang selalu menghiraukan-Mu
selalu membantah-Mu
dengan segala kenikmatan hawa nafsu

menghempaskan aturan-Mu
ku terjebak dalam lingkarannya
ingin ku kembali ke jalan-Mu
namun cengkramannya sangatlah kuat

inginku ku berlari mencari-Mu
bersujud meminta ampun pada-Mu
tuhan beri aku kesempatan
aku ingin kembali ke jalan-Mu lagi
Posted on by Unknown | No comments

Sabtu, 17 November 2012

langit

langit gelap kian kelam
bah awan putih marah biaskan hitam
menyimpan tumpahan air mata
siap basahi bumi

aku dibawamu hanya menatapmu
mengapa kau seperti ini?
menakuti hati manusia
dengan wajah garangmu dan suara gemamu

betapa menyeramkannya dirimu
langit cerah tak salah
kau datang buyarkan suasana
dan menetap diatasku

turunkanlah.. turunkanlah.. turunkanlah..
turunkanlah semua amarahmu
tumpahkanlah semua kekesalanmu
biar kau tenang dan lekas pergi

aku tak membencimu
namun kaupun tak sepenuhnya salah
ini adalah kehendak-Nya
ini peringatan untukku dan yang lain

Posted on by Unknown | No comments

Selasa, 23 Oktober 2012

2 gadis

dua gadis termenung
memikirkan apa yang dipikirkan
aku dan dia senasib
namun tak satu cerita

dia mencintai tanpa sepemberitahuannya
dia menyayangi tanpa dipinta
murni dalam hati
tapi tak selalu berbuah hasil baik

dia ingin menggapainya
lelaki yang berani menyentuh hatinya
menggenggam hatinya
namun dia tak mampu membalasnya

kini dia hanya diam
menaruh luka dihatinya
tanpa sepengetahuannya
bahwa dia cinta dan kau telah menutup cinta dihatimu

aku hanya diam
menatap dirimu dari jauh
inginku menghampirimu
kamu yang dulu pernah ada dihatiku

jantung berdegup kencang
saat melihatmu
hati kembali merasakan cintamu
namun kutahu kau tak memiliki rasa itu lagi

ketika hati ini sudah terikat dengan hati lain
kau datang dan menggiyahkan hatiku
hati bimbang tak tertahan
aku hatus berjalan di jalurku
apa aku harus belok kearahmu
Posted on by Unknown | No comments

Jumat, 12 Oktober 2012

harus terpisah (lirik lagu dari Cakra Khan)

Sendiri, sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

Bayangkan.. bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untuk ku rindukan

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Posted on by Unknown | No comments

Jumat, 31 Agustus 2012

pemain cinta

seseorang datang mengisi relung hatiku yang sepi
membawa setumpuk pengharapan yang selama ini aku harapkan
memainkan hati ini hingga aku terbuai akannya
menaruh segenggam rasa untuk aku nikmati

waktu berjalan tak terduga
perlahan ku merasa kehilangan dia
entah apa yang salah pada diriku
dengan entengnya dia tak sadar telah menggores luka di hati ini

aku tak ingin tejebak
tapi aku selalu terjebak
apa aku ini bodoh?

setiap kali ada yang memainkan perasaanku
saat itu pula selalu menyisakan luka
letak kesalahanku dimana
aku tidak tahu

kini hanya harapan kosong yang bersemayam dalam hatiku
entah samapai kapan aku menyimpan ini semua
entah sampai kapan aku selalu merasakan hal seperti ini
mungkin sampai kau benar-benar pergi dariku
dan sampai aku berhenti menangis karnamu
Posted on by Unknown | No comments

Arrrggghhh!!!!


Di pagi hari yang cerah,aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ku rapihkan pakaianku dan ku periksa kembali buku-buku yang akan aku bawa. Dari lantai bawah terdengar suara wanita sekitar berumur 40 tahun memanggilku,tak lain itu adalah Ibuku.
Ibu                   : “Din,cepat sarapan dulu,biar enggak telat ke sekolahnya”, sahut ibuku.
Dini                  : “Iya bu,ini udah beres”, jawabku.

Setelah semua selesai,aku turun kebawah menghampiri meja makan yang sudah tersedia makanan yang telah dibuatkan ibuku. Ku habiskan nasi goreng yang ada di depanku. Setelah selesai aku segera memakai sepatu dan pergi sekolah bersama ayahku.
Dini                  : “Bu,Dini pergi dulu ya”,pamitku kepada ibuku.
                         (Di ikuti dengan mencium tangan ibu)
Ibu                   : “Iya hati-hati nak,langsung pulang ya”,pesan ibuku.
Dini                  : “Siap bu,oh iya hampir lupa,itu obat Ibu udah Dini siapin,ada di kotak   obat,jangan lupa Ibu minum ya”,ujarku seperti menasehati.
Ibu                   : “Iya nak,ayo cepat Ayahmu sudah nunggu di depan”.
Dini                  : “Assalamu’alaikum”,salamku.
Ibu                   : “Walaikum’salam”,jawabnya.
                        (Dengan senyum mengembang di bibirnya)

Aku pergi dengan senyuman ibuku yang dia perlihatkan padaku,bukti penyemangat untukku meraih cita-citaku. Aku di antar oleh ayahku memakai kendaraan motor. Ada sekitar 20 menit aku sampai di sekolahku. Aku turun dari motor.
Dini                  : “Yah dini masuk dulu ya”,kataku.
Ayah                : “Iya,yang rajin belajarnya”,pesan ayah.
Dini                  : “Siap ayah,Assalamu’alaikum”,salamku.
                        (Sambil ku cium tangan ayahku)
Ayah                : “Walaikum’salam”,jawabnya.

Ayahku pergi bekerja dan aku pun harus segera masuk karena bel sekolah tanda masuk pun telah berbunyi. Aku sekolah di SMP Negeri 35 Bandung kelas 7F. Aku segera masuk ke kelas dan duduk di bangkuku seperti biasa di temani sahabatku.
Dini                  : “Hai ver,tumben enggak kesiangan”,godaku karena sahabatku ini sering datang kesiangan.
Vera                : “Enggak dong,kan udah coba bangun pagi”,jawabnya.

Berhubung ini hari jumat,hanya ada 3 pelajaran,tetepi pelajaran pertama dan kedua gurunya tidak masuk di karenakan izin,bel istirahat pun berbunyi,aku dan sahabatku pergi keluar kelas menuju kantin.

Tiba di kantin dan kita langsung memesan makanan favorit yaitu nasi kuning di tambah dengan teh manis. Kita duduk di pojok kantin.
Vera                : “Din,udah ini pelajaran BK ya?”,tanyanya.
Dini                  : “Iya,kenapa gitu ver?”,tanyaku kembali.
Vera                : “Kata Bu Nina,dia mau ceritain tentang pentingnya Ibu di hidup kita,pasti seru deh ceritanya”,jawabnya dengan semangat.
Tak lama makanan pun datang dan langsung saja memakannya. 15 menit kemudian bel masuk pun berbunyi,tepat dengan selesainya kami makan. Lalu kami segera kembali ke kelas,dan ternyata Ibu Nina sudah ada,kami pun di persilahkan duduk.
Ibu Nina           : “Ibu minggu lalu pernah bilang sama Vera kalau hari ini kita mau bahas tentang pentingnya Ibu di kehidupan kita”.
“Ada yang tahu kenapa Ibu sangat penting di kehidupan kita?”,tanyanya.
(Taufik mengacungkan tangan)
Taufik              : “Karena Ibu adalah orang yang melahirkan kita”,jawabnya.
(Laras pun mengacungkan tangan)
Laras               : “Karena Ibu adalah orang yang paling berjasa di hidup kita,Ibu yang sudah mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan itu butuh perjuangan yang sangat besar”,jawabnya panjang.
Ibu Nina           : “Iya jawaban kalian benar,Ibu tambahkan ya,jadi Ibu itu seseorang yang patut kita sayangi,kita hargai,kita rawat,kita cintai,karena begitu besar jasanya,jangan pernah membuat Ibu kalian menangis karena kalian,jaga dia,dan jika Ibu kalian meninggalkan kalian,hidup kalian akan begitu hampa tanpanya,maka dari itu jaga Ibu kalian,bila perlu minta maaf dari sekarang sebelum Ibumu di cabut nyawanya oleh yang Maha Kuasa”,ujarnya panjang.

Aku termenung dengan apa yang diucapkan oleh Bu Nina,apalagi saat bagian jika Ibu meninggalkanku,seketika aku takut dan aku tak ingin kehilangan Ibuku.

Bel selesai sekolah pun berbunyi dan aku pulang dengan berjalan kaki sambil masih memikirkan perkataan dari Bu Nina.
Sekitar 30 menit ku berjalan,aku sampai di rumah.
Dini                  : “Assalamu’alaikum”,salamku.
Ibu                   : “Walaikum’salam”,jawabnya dengan senyuman yang membuatku tenang.

Aku segera ke kamar mengganti pakaianku dan membantu Ibuku yang sedang memasak di dapur.
Ibu                   : “Din,bantu Ibu ya siapin makanan,sebentar lagi Ayahmu pulang”,suruhnya.
Dini                  : “Siap Ibuku”.

Aku membantu Ibuku memasak ikan goreng. Aku melihat gelas plastik berwarna pink yang sedang di pegang Ibuku yang berisi air yang sedang ia minum. Gelas itu di simpan dan aku melihat isi gelas itu,ternyata air putih. Lega rasanya.
Dini                  : “Bu,udah di minum obatnya?”,tanyaku.
Ibu                   : “Udah kok nak”,jawabnya.

Aku sangat merasa haus,lalu aku mengambil minuman kaleng di dalam kulkas,karena kemarin aku dapat bingkisan makanan dan minuman kaleng. Di kulkas banyak minuman soda,tapi aku pilih minuman teh. Ku hampiri Ibuku yang sedang duduk di lantai ruang keluarga.
Ibu                   : “Din,Ibu mau dong minumannya!”,pintanya.
Dini                  : “Jangan Bu,ini dingin minumannya”,larangku.
Ibu                   : “Itu kan teh bukan minuman soda,enggak apa-apa kan?”,mohonnya.

Aku berpikir sejenak,benar juga apa kata Ibuku,mungkin tidak apa-apa karena ini teh,tidak berbahaya. Jadi ku izinkan Ibuku meminum minumanku.
Dini                  : “Tapi jangan banyak-banyak,bu!”,kataku.
Ibu                   : “Iya”,jawabnya pendek.

Ibuku meminum minumanku,aku segera menahan Ibuku untuk tidak banyak-banyak meminum minumanku.
Setelah Ibuku minum,aku pergi ke kamarku untuk mengerjakan tugas. Baru ku melangkah sampai tangga,terdengar suara benturan,seperti orang terbentur ke tembok,seketika ku ingat Ibuku. Aku kembali ke ruang keluarga dan ternyata Ibuku sudah terbaring tak sadarkan diri tergeletak di lantai.
Dini                  : “Bu,bangun bu,bangun!”,teriakku panik sembari ku goyangkan badan Ibuku.

Tapi Ibuku tak kunjung bangun,tiba-tiba keluar busa berdarah dari mulutnya dan itu membuatku semakin panik. Dalam keadaan panik,aku mencoba menelpon Ayahku,dengan gemetar ku tekan angka demi angka,dan “pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini”. Sial! Lalu aku tinggalkan Ibuku sebentar dan aku berlari keluar ke warung telepon untuk menghubungi Kakak pertamaku Kak Tia.

Aku berlari secepat-cepatnya menuju warung telepon dengan mata bercucuran air mata. Para tetangga memanggilku,tapi tidak aku hiraukan. Sesampainya di warung telepon,ku tekan nomer telepon rumah Kakakku,dan ternyata terhubung.
Dini                  : “Kak,Ibu Kak,Ibu pingsan,di mulutnya keluar busa berdarah,Ayah belum pulang,Dini panik Kak enggak tahu mesti ngapain”,ujarku dengan suara gemetar.

Tidak ada jawaban dari Kakakku,tapi terdengar suara dari belakang yang menyerukan “Bangun Tia,bangun”, aku berpikir Kakakku pingsan. Lalu ku matikan teleponku dan kembali berlari menuju rumahku.

Sesampainya di rumah,ternyata di rumahku sudah ramai oleh para tetanggaku yang sedang mencoba menyadarkan Ibuku. Salah satu tetanggaku bertanya padaku.
Ibu Yayah        : “Din,kenapa Ibumu bisa pingsan?”,tanyanya.
Dini                  : “Dini juga enggak tahu bu,tiba-tiba saja Ibu udah pingsan”,jawabku.
Ibu Yayah        : “Ayahmu mana? Dia sudah tahu?”,tanyanya kembali.
Dini                  : “Belum pulang dan belum tahu juga,bu”,jawabku.
Ibu Yayah        : “Nomer Ayahmu berapa,biar Ibu telepon suruh bawa ambulan”,sarannya.
Dini                  : “08157097418”,ujarku.

Di teleponlah Ayahku oleh Bu Yayah untuk menyuruh memanggil ambulan. Sekitar 30 menit,Ayahku datang dengan membawa ambulan panggilannya. Ibuku di angkat menuju mobil ambulan,aku berdua di dalam ambulan bersama suster yang mengecek keadaan Ibuku. Ayahku memakai motor pergi terlebuh dahulu ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit,para medis dengan sigap membawa Ibuku ke UGD dan dokter pun menyuruhku tunggu di luar.

Aku menunggu di ruang tunggu berdua dengan Ayahku,berharap kabar baik tentang keadaan Ibuku. Sekitar 45 menit dokter menangani Ibuku,dia keluar dengan raut wajah bertanda tidak baik.
Ayah                : “Dok,bagaimana keadaan istri saya?”,tanya ayahku cemas.
Dokter             : “Maaf pak,istri bapak tidak bisa tertolong”,jawabnya dengan penuh penyesalan.

Ayahku seperti terdorong ke belakang,tak percaya dengan apa yang di katakan dokter. Ayahku tak mampu menemui Ibuku,dia pergi keluar ruang UGD,dan aku perlahan membuka pintu ruang 05 itu.

Ku lihat sesosok wanita,pucat,lemah,terbaring tanpa nyawa,yaitu Ibuku sendiri. Ku hampiri dia dan ku peluk Ibuku.
Dini                  : ”Ibu,kenapa Ibu pergi ninggalin Dini?Dini enggak rela Ibu pergi,Dini enggak sanggup di tinggalkan oleh Ibu,Dini belum sempat mengucap kata maaf sama Ibu,Dini gagal jagain Ibu,Ibu bangun!”,teriakku dan air mata terus mengalir di pipiku.

“Arrrggghhh......”,teriakku.

Bodohnya aku,aku tak bisa menjaga Ibuku,aku kehilangan orang terpenting dalam hidupku. Aku tak sanggup kehilangan Ibuku,takkan ada lagi senyuman yang menjadi penyemangat hari-hariku. Bodoh,bodoh,bodoh!

Tak lama kemudian Kakakku yang sempat aku telepon datang ke rumah sakit,dia kaget melihat Ibunya sudah tak bernyawa lagi.
Tia                   : “Ibu........”,teriaknya.

Kakakku langsung memeluk Ibuku.

Tia                   : “Semua ini salah kamu,kenapa kamu enggak bisa jaga Ibu dengan baik,dokter udah bilang berapa  kali perhatikan kondisi,makanan,minuman yang masuk ke perut Ibu,kakak benci sama kamu!”,dengan nada tinggi.
“keluar kamu! Kakak enggak mau lihat kamu!”
(dengan tangan menunjuk ke pintu keluar)

Aku keluar dengan langkah pelan,semua yang di katakan kakakku benar. Aku tak bisa menjaga Ibu dengan baik,penyakit yang dia derita menyerangnya dan melumpuhkan nyawanya.

Aku menemui dokter untuk mengetahui penyebabnya. Di ruang dokter.
Dini                  : “Dok,kenapa Ibuku bisa meninggal?”,tanyaku.
Dokter             : “Penyakit jantung Ibumu sudah parah,di tambah paru-paru Ibumu terendam”,jawabnya.
Dini                  : “Kenapa bisa terendam,dok?Ibuku kan tidak punya penyakit paru-paru?”,tanyaku heran.
Dokter             : “Sepertinya Ibumu meminum minuman soda”,jawabnya singkat.

Aku terdiam sejenak,setiap hari aku selalu memperhatikan apa saja yang ibuku makan dan minum. Tak lama aku teringat minuman yang di tuangkan dalam gelas plastik berwarna pink itu. Sepertinya Ibuku meminum minuman soda dan dia memindahkan minumannya kedalam gelas plastik berwarna pink itu.

Dini                  : “terimakasih, dok”.

Aku keluar dan menemui Ayahku yang sedang duduk lemas di ruang tunggu. Ayahku meminta pihak rumah sakit mengantarkan jasad Ibuku kerumah duka.

Sesampainya di rumah,para tetangga membantu mengurusi jasad Ibuku. Pertama kali aku sampai di rumah,aku segera ke dapur mencari gelas plastik pink itu. Untung saja gelas itu belum di cuci,dan ku cium aroma dari gelas itu,ternyata aku mengenali aroma itu,minuman bersoda.

Rasa penyesalanku semakin besar,karena aku sangat teramat lalai dengan kejadian ini. Aku tak bisa berhenti untuk menangis. Aku membuat keluargaku menangis kehilangan orang yang terpenting dalam hidup mereka.

Jasad ibuku sekarang akan di mandikan,aku ikut untuk memandikannya. Begitu putih,bersih tubuh ibuku seperti tak ada beban dalam dirinya,tak seperti awalnya penyakit yang dia derita begitu sangat lama dia tanggung.

Selesai memandikan,ibuku di pakaikan kain kafan. Aku tak sanggup untuk melihat itu. Tak lama kakak keduaku ,Yuli datang,dia telat mendapatkan informasi. Dia bingung sebenarnya apa yang terjadi.
(di depan pintu)
Yuli                  : “ada apa ini?itu siapa yang sedang di kain kafani?”,tanyanya dengan wajah kebingungan.
Ibu Yayah        : “yang sabar ya nak,itu Ibumu”,jawabnya pelan.
(mengelus pundak kakakku)

“tidaaakkkkk..........”,teriak kakakku dan langsung memeluk Ibu.
“ibu jangan tinggalin yuli!”,pintanya sembari menangis.

Kakakku melihat ke arahku yang tepat di sebelah jasad ibuku.
(Paaakkkkkk.....!) tampar kakakku padaku.
“Semua ini salahmu,kamu enggak becus urus ibu”,dengan nada tinggi.

Aku hanya bisa diam,tak bisa ku ucapkan apa penyebab awalnya,aku memang lalai,tapi itu semua bukan aku yang salah,aku sudah berusaha menjaga ibuku dengan baik.


Ayah                : “yuli,kamu enggak boleh tampar adikmu!”,tegurnya
                        “semua bukan salah Dini,ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa”,katanya.

Keadaan sempat hening sejenak,lalu ayah memelukku dan kakak pertama dan kakak keduaku ikut memeluk kami berdua. Suasana penuh sedih harus berubah menjadi sebuah ketegaran dalam kehidupan kami kedepannya.

Jasad ibuku langsung di makamkan di TPU terdekat. Saat ibuku akan di masukan ke liang lahat,aku mengucapkan kata terakhir untuknya “Bu,maafkan semua kesalahanku,sampai kapanpun aku takkan pernah bisa lupakanmu,semua yang telah engkau berikan takkan pernah ku lupakan,semua jasamu takkan pernah bisa ku gantikan,hanya doa yang bisa aku berikan untukmu menerangi alam kuburmu,ragamu pergi tapi hatimu tetap menyatu dengan hatiku,kau tetap orang terpenting dalam hidupku,selamat jalan bu”.

Jasad ibuku sudah tertimbun tanah,tapi cintanya takkan pernah tertimbun dunia lain,cinta kita mengalir selalu,sampai ku menutup mata.

Posted on by Unknown | No comments

Sabtu, 17 Maret 2012

kamu....!!!!

tak sengaja ku bertemu denganmu
sorot matamu menyilaukanku
membuatku terpana padamu
sampai ku hanyut dalam khayalku

tanganmu yang halus itu
menjabat tangan kananku
kau melempar senyum indahmu
hingga ku terbuai dalam anganku

sore itu
saat-saat harapku
datang jua padaku
kau yang dulu pernah ada di mimpiku
kini nyata di hadapanku
Posted on by Unknown | No comments

gadis

saat ku sendiri
saat ku tak di perhatikan
ku diam membisu
tak banyak yang bisa ku lakukan

tiba-tiba gadis datang
membawa setumpuk hangat
segenggam harap
bahwa ku tak seorang

saaat ku temukannya
saat bahagia menyertaiku
gadis pergi tak terduga
membuat hati goyah seketika

gadis itu
selalu ada untukku
raga pergi menjauh
tapi jiwa kita tetap utuh
Posted on by Unknown | No comments

harap

ketika benih ini ku tanam
ku tunggu buah yang tumbuh
tak lain ku inginkan manisnya buah

ketika rasa ini ku pendam
ku tunggu datangnya cinta
tak lain ku ingin kasihnya

penantian itu lama
menunggu itu bosan
berharap itu berangan

ketika harap itu terpenuhi
hati girang tak tertahan
ketika harap tak tergapai
hati bagai keringnya daun
Posted on by Unknown | No comments

pupus

ku gantungkan harapanku
ku berjuang menggapainya
ku mendaki jalan berliku
terjatuh pun tak kurasa

harapanku tinggi melayang
melambung jauh dariku
perjuangan tak sampai disini
serasa sulit tapi tak apa

satu langkah lagi menujunya
ku jatuh terlampau jauh
harapan yang pupus
takkan mungkin ku gapai kembali
Posted on by Unknown | No comments

jauh

dalam keheningan malam
ku tertunduk lemah tak berdaya
ku teteskan air mata ini
hanya untuk mendapat ampunanmu

ku terlampau jauh darimu
ku terlalu melangkah jauh dari jalanmu
sulit rasanya meniti jalan menujumu
tapi ku coba berusaha

ku jauh darimu
kau pun jauh denganku
ku melupakanmu
tapi kau berusaha mengingatkanku

kini ku berpikir
betapa ku ingin dekat denganmu
yang setiap saat mengingatmu
yang setiap saat ada di hatiku
Posted on by Unknown | No comments

Kamis, 08 Maret 2012

sendiri

semua hilang bagai debu tertiup angin
pergi tak berbekas
kini hanya aku sendiri
berdiri menatap dunia yang sepi

berjalan tanpa arah
bercerita dengan khayalan
berjalan dengan bayangan
menangis tanpa sentuhan

kemana semua orang pergi
mengapa hanya aku yang tersisa
aku layaknya sampah yang terbuang
di tinggal menuju dunia baru
Posted on by Unknown | No comments

cinta tak terbalas

perempuan datang membawa cinta
cinta kasih yang putih
menanti datangnya seorang lelaki
menjemput dengan kereta hias

di penantian penuh harap
akankah lelaki itu datang
membawa setangkai mawar merah
megulurkan tangan menggapai cinta

lama tak kunjung datang
suara hentakan kuda tak ku dengar
tertunduk menghela napas
memang harap tak kunjung terpenuhi
Posted on by Unknown | No comments

pergi

duduk ku termenung
menatap langit yang seakan tumpahkan dengan meganya
ku bayangi raga yg berada disampingku
menikmati angan akan hangat dekap itu
lepas
pergi
dan hilang
kemana kemana dan kemana
jiwa yang tumbuh
rasa yang mekar
pergi meninggalkan luka
Posted on by Unknown | No comments

inginku

aku ingin hidup seperti mereka
bernaung di tempat yg aman
merasakan dekapan begitu hangat
saling menyayangi
saling mengasihi
saling menopang satu sama lain
tatkala derita menghadang
menemani di saat riuh air mata membasahi

aku ingin hidup seperti mereka
bercengkrama membagi kisah
mendengar apa yg sulit terungkap
melihat apa yg sulit terjangkau
menggenggam cinta
memberi kasih
saat suka dan duka
melanda hati ini

aku bagaikan daun
tergoyahkan oleh angin
membuatku lepas dan kehilangan arah
menari tanpa alunan
berlaju tanpa tujuan
itulah aku yg hilang jati diri
Posted on by Unknown | 1 comment