Tuhan..
Saat kau mengambil separuh dari kehidupanku tanpa terduga waktunya
Aku kecewa,marah,kesal
Mengapa kau lakukan ini tiba-tiba?
Tapi ku berpikir pada saat waktu terduga maupun tidak terduga,tetap separuh dari kehidupanku lambat laun akan menghilang
Saat dihadapkan pada kenyataan ibuku terbaring tanpa ruh,ku berpikir kau mengambilnya itu merupakan cobaan bagiku,walaupun pada usia dimana aku sangat membutuhkan sosok seorang ibu untuk membimbingku,tapi kau lakukan pada saat itu,berarti kau tau bahwa ku mampu melewatinya
6 tahun menjalani hidup tanpa sosok ibu
Setiap kali bayangannyaterlintas,airmata pun tak bisa ku bendung lagi
Aku tau tangisku menyiksanya,tapi Tuhan maafkan aku,aku bukan menolak ketetapanmu,tapi aku hanya memiliki rasa rindu,aku takmeminta untuk kau kembalikan ibu ke dunia,tapi di setiap hariku,di sela ibadahku,di sela tangisku,ku sisipkan doa untuknya sekaligus penenang hatiku tanpanya
Selasa, 18 Desember 2012
Jumat, 14 Desember 2012
121212
Selasa,11 Desember 2012 – Siang hari yang terik ini, aku tak
merasakan panas itu karena aku sedang berada di dalam mesjid. Aku baru saja
selesai menjalankan ibadah shalat dzuhur. Sebelum aku bergegas kembali ke
kampus,aku sejenak merenungkan mengingat hari ini adalah hari kesebelas di
bulan desember. Bulan desember mengingatkan pada sebuah kejadian yang tak
pernah aku lupakan sepanjang hidupku.
“Din...”, temanku menepuk bahuku dan aku pun
kaget dibuatnya.
“kamu kenapa?bengong aja,kamu sakit?”,kata
anita.
“oh enggak kok,lagi inget sesuatu
aja”,jawabku.
“inget apa?cerita dong sama aku”, anita
menawarkan diri.
“engga apa-apa kok,ayo kita balik lagi ke
kampus,udah jam 12.30 kita ada jadwalkan”,aku mencoba mengalihkan.
“hmm ayo deh”,anita menggerutkan dahi seperti
ada rasa penasaran dihatinya.
Kita berdua berjalan menuju kampus. Tetap saja kejadian 7
tahun yang lalu berputar di pikiranku,seakan aku ingin kembali ke masa itu
untuk mengubah alur cerita yang amatlah buruk bagi hidupku.
Akhirnya kita berdua sampai di kampus dan kita berdua masuk
kedalam kelas. Ternyata kita telat 5 menit. Teman-teman yang lain sudah sejak 5
menit tadi memperhatikan dosen menjelaskan. Aku merasakan teman-temanku melihat
dengan tatapan heran berarah kepadaku.
Aku bertanya
kepada teman disebelahku.
“ada apa sih?ada yang aneh sama aku?”,tanyaku
pada ica dengan suara pelan.
“kamu murung banget din,biasanya kan gak kaya
gitu,lagi ada masalah ya?”,tanya ica.
“ah enggak kok,lagi ga bersemangat aja
akunya”,jawabku.
“oh gitu,tapi masih terlihat aneh”,jawabnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tak banyak kata yang
aku keluarkan. Sebenarnya pikiranku sedang kalut. Entahlah rasa ini hinggap
dengan sendirinya.
Selama aku beraktivitas di kampus,mungkin teman-temanku
merasa terganggu dengan sikapku yang sedang kalut,tapi apalah daya aku sulit
untuk menceritakan ini pada temanku.
Akhirnya aku memisahkan diri dari teman-temanku agar mereka
tidak terganggu dengan kehadiranku. Aku pergi ke mushola untuk sejenak
merenungkan dan menenangkan diriku. Ternyata temanku anita mengikutiku dari
belakang. Dia menghampiriku dan mencoba membujukku untuk menceritakan apa yang
sedang aku rasakan.
“din,kamu kenapa sebenernya?kita khawatir
sama kamu,kamu gak biasanya kaya gini?”,tanya anita dengan hati-hati.
Aku menundukan kepala dan tanpa aku sadari pipiku telah basah
oleh air mata yang mengalir begitu saja.
“loh kok kamu nangis din?kamu kenapa?”,tanya
anita dengan gugup.
Aku lalu memeluk dia. Aku merasa tak sanggup untuk menahan
rasa ini. Air mataku semakin deras keluar,betapa berat kejadian 7 tahun yang
lalu itu untuk aku kenang. Terlalu pahit untuk aku ingat,mencoba melupakan pun
sangatlah sulit.
“ta,biarkan aku menangis hari ini dan jangan
kamu tanya mengapa aku menangis”,kataku sembari memeluk dia.
“tapi din...”. aku memotong ucapan anita.
“biarkan aku menangis hari ini ta,nanti akan
aku jelaskan,tolong sampaikan pada teman-teman yang lain maaf membuat mereka
merasa gak nyaman dengan sikap dini,tapi tolong ta biarkan aku menangis hari
ini biar aku tenang”,pintaku.
“iya din,menangislah”,jawabnya.
Aku menangis di dekapan tubuh anita,walaupun aku tahu dia
bingung dengan apa yang terjadi pada diriku,tapi dia tidak tahu bahwa
pelukannya membuatku merasa tenang. Sudah cukup puas aku menangis,aku
melepaskan pelukan dari anita.
“makasih ta udah menemani aku menangis,aku
mau pulang ta”,kataku.
“iya din,ayo kita pulang”,ajaknya.
Kita pun pulang kerumah masing-masing. Aku sampai dirumah
tepat jam 7 malam. Tubuhku lemah dan mataku lelah karena menangis. Aku tak
langsung tidur tapi aku mengambil air wudlu untuk melaksanakan shalat isya.
Setelah selesai shalat isya aku duduk diatas sajadahku dan menengadahkan
tanganku dan berdoa.
Ya
allah,ampunilah segala dosaku
Engkau
tahu apa yang kurasakan saat ini
Engkau
mengerti apa yang kulakukan saat ini
Tolong
kuatkan hati hamba
Tolong
relakan hidupku ini tanpanya,engkau tahu yang terbaik untukku,amin
Aku selesai berdoa dan membereskan alat shalatku. Aku menuju
kamarku. Aku memandangi foto ibuku yang terpajang di dinding kamarku seraya aku
berkata, “mah,mungkin esok hari kau akan lebih perih melihatku,tapi aku mohon
maafkan aku untuk kali ini”. Lalu aku segera terbaring di tempat tidurku untuk
memulihkan tenagaku untuk ku pakai esok hari. Dan aku pun tertidur.
Rabu,12 Desember 2012 – Hari ini adalah hari yang memiliki
kombinasi tanggal,bulan,dan tahun yang unik,yaitu tanggal 12,bulan 12,tahun
2012. Ada beberapa orang yang menjadikan hari ini untuk hari pernikahan,hari
jadian,hari kelahiran,dan lain sebagainya.
Siang hari di kantin kampus,aku dan teman-teman sedang asyik
bercanda ria dengan topik hari yang unik ini.
“eh bagus ya hari ini tanggal 12,bulan
12,tahun 2012 ,unik banget ya”,kata ica.
“iya bagus banget,aduh aku berharap ada cowo
yang nembak aku di tanggal ini loh”,kata anita.
“hahahahahaha......”,teman-temanku yang
berada di kantin semuanya tertawa riang tak terkecuali aku,aku pun tertawa
mendengar ucapan anita temanku.
Di sela tawa
mereka aku coba untuk memisahkan diri.
“eh temen-temen aku kesana dulu bentar
ya”,aku menyela diantara tawa mereka.
“mau kemana din?”,tanya akbar.
“bentar aja kok”,jawabku.
Aku seperti biasa ke mushola. Aku pikir tempat itu adalah
tempat yang tepat untuk aku merenung. Sesampainya aku di mushola aku
mengeluarkan secarik kertas dan aku mulai menuliskan sesuatu di kertas itu.
Rabu,12 Desember 2012
Mah,ini adalah suratku yang ketujuh
yang aku tulis. Mah,kamu tahu bahwa aku tak bisa melupakan semua kenangan
tentangmu,semua ceritamu,canda tawa,keluh kesahmu,kebahagiaanmu,kesedihanmu semua
terekam baik dalam memoriku. Tahun ketujuh ini bertepatan dengan tanggal unik
untuk orang-orang di luar sana “121212”,tapi bagiku tidak mah. Angka itu tidak
sama sekali unik untukku. Jika aku bisa kembali ke 7 tahun yang lalu,inginku
merubah takdir dengan menjadikan kejadian itu yang membahagiakan untukku,bukan
kesedihan yang mendalam yang kurasakan sampai saat ini. 7 tahun mungkin telah
mendewasakan pikiranku tentangmu,aku tidak terlalu berlarut dalam angan
tentangmu. Namun aku selalu menginginkan kau kembali ke dunia ini mah,mendekap
hangat tubuhku,merangkulku saat senang maupun sedih. Mah,maafkan aku telah
menyakitimu dengan tangisanku,aku mohon biarkan aku menangis,mungkin dengan ini
aku mengobati rasa rinduku padamu. Mah,aku ingin ini adalah tangisan terakhirku
untukmu agar kau tak tersakiti olehku. Aku akan selalu mencintaimu sampai
kapanpun.
12 Desember 2005 – 12 Desember 2012
Anakmu yang selalu
mencintaimu
Dini Anggraeni
Aku tahu pasti anita mengikuti dari belakang. Dia
menghampiriku saat aku selesai menulis suratku.
“din,kamu kenapa?”,tanya anita penasaran.
Aku memberikan surat yang tadi aku tulis kepada anita untuk
dia baca.
“nih ta,kamu baca aja,tapi jangan kamu baca
disini,kamu keluar aja,aku pengen sendiri”,sahutku.
Anita mengambil surat itu,lalu dia menuruti kataku. Dia
keluar dengan membawa suratku tadi. Dia kembali ke kantin menemui teman-teman
yang lain.
“hey,sini-sini kita baca surat yang ditulis
dini tadi”,kata anita.
“surat apa ta?”,tanya ica.
“aku juga gak tahu,makanya kita baca surat
ini,biar aku bacain ya”,anita menawarkan.
Teman-teman yang lain menganggukan kepala dan mendengarkan
isi surat yang anita bacakan kepada mereka.
Setelah anita selesai membacakan surat itu,dia terdiam dan
teman-teman yang lain pun terdiam. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun mereka
berlari menuju mushola untuk menemuiku.
“dini.......”,teriak mereka sembari mereka
memelukku.
Aku menangis dengan sangat derasnya,mereka pun ikut menangis.
Mereka meminta maaf karena mereka tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku
tetep menangis diantara pelukan mereka.
Aku melepaskan pelukan mereka dan mencoba mengeluarkan
beberapa kata.
“ta,mana suratku tadi?”,tanyaku.
Anita memberikan suratku yang tadi ku berikan kepadanya.
“teman-teman maafkan aku,selama 2 hari ini aku
menjadi berbeda terhadap kalian,sekarang kalian tahu penyebab mengapa aku
begini. Maafkan aku”,kataku sambil aku menangis.
“aku sulit untuk menceritakan ini kepada
kalian,aku terlalu lemah untuk menceritakan kejadian ini kepada kalian. Ini
adalah hari ketujuh tahunnya mamah aku meninggal. Aku tak sanggup harus merubah
hari yang unik ini yang harus di isi dengan kebahagiaan menjadi hari penuh air
mata yang aku alami sekarang,aku tak ingin menghilangkan canda tawa
kalian”,ujarku.
“maafin kita din,kita gak peka sama yang dini
rasain,kita gak peduli mau hari unik sekalipun,percuma kita bahagia tapi salah
satu dari kita tidak bahagia”,anita menjelaskan.
“maafin dini”,dengan suara lirih.
Mereka kembali memelukku mencoba untuk menenangkanku.
Akhirnya air mataku sedikit demi sedikit berkurang.
“teman-teman aku harus pergi”,kataku.
“kamu mau kemana din?”,tanya ica.
“aku mau ke makam mamah”,jawabku.
“kita ikut ya”,pinta ica.
Aku diam.
“pokoknya kita ikut din,kamu gak boleh
nolak!”,paksa ica.
Akhirnya mereka pun ikut ke makam bersamaku. Kami pergi
bersama-sama menggunakan sepeda motor. Aku berdua bersama akbar di depan,yang
lain mengikutiku dari belakang. Sampailah kami di makam,tempat ibuku di
makamkan.
Kami menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan
tinggi. Sampailah kami di makam ibuku. Di samping makam ibuku terdapat sebuah
kotak bening dari bahan plastik yang didalamnya terdapat surat-surat. Aku
memasukan suratku yang tadi aku tulis kedalam kotak itu. Aku sengaja memajang
kotak itu di samping makam ibuku,hanya untuk simbolis penghantar pesan isi
hatiku kepada ibuku. Padahal mana mungkin hal itu terjadi,ibuku pasti sudah
bisa merasakan sendiri tanpa adanya surat sekalipun.
Teman-temanku heran melihatku. Mungkin mereka menganggapku
gila,tapi terserahlah. Dengan cara itu bisa membuatku lebih tenang.
“mah,ini surat ketujuhku semoga ini tangisan
terakhir untukmu agar kau tidak tersakiti olehku lagi,semoga tahun depan aku
bisa lebih tegar dan tidak menyiksamu,biarkan hari ini 121212 menjadi hari
terakhir aku menyakitimu,agar kelak setelah ini kamu bahagia disana,amin”,doaku.
Teman-temanku ikut mendoakan ibuku. Setelah selesai kami pun
pergi. Dan aku menarik panjang nafasku dan aku hembuskan diiringi dengan
senyuman,semoga ibuku tersenyum juga di alam sana.
Kamis, 06 Desember 2012
sang langit biru
kala malam mendera
asaku akanmu hinggap
pilar pilar hatiku
menampakan dirimu seakan wajahmu dihadapanku
angin berhembus disekelilingku
seraya hembusan hasratmu
menyentuh relung hatiku
menusuk hingga jantungku
kau bagai langit biru
cerah,indah,bersinar
menggoreskan lukisan bumi
amat indah terlihat
tak ku sangka awan hitam menghampirimu
mendekat dengan cepatnya
seraya dia berkata
jangan kau lihat lagi keindahan langitku
asaku akanmu hinggap
pilar pilar hatiku
menampakan dirimu seakan wajahmu dihadapanku
angin berhembus disekelilingku
seraya hembusan hasratmu
menyentuh relung hatiku
menusuk hingga jantungku
kau bagai langit biru
cerah,indah,bersinar
menggoreskan lukisan bumi
amat indah terlihat
tak ku sangka awan hitam menghampirimu
mendekat dengan cepatnya
seraya dia berkata
jangan kau lihat lagi keindahan langitku
rasa terpendam
rasa yang kian kupendam
lama-lama makin menjadi
harapku akanmu
makin besar bersemayam dalam angan
kau laksana pangeran yang muncul dihadapanku
senyum yang kau lantunkan
tatapan yang menghangatkan
memberi arti kehangantan
tapi rasa itu tak kudapati lagi
kenyataan pahit harus merenggutnya
pangeranku tak berarah kepadaku
karena ada putri lain yang sedang menunggumu
lama-lama makin menjadi
harapku akanmu
makin besar bersemayam dalam angan
kau laksana pangeran yang muncul dihadapanku
senyum yang kau lantunkan
tatapan yang menghangatkan
memberi arti kehangantan
tapi rasa itu tak kudapati lagi
kenyataan pahit harus merenggutnya
pangeranku tak berarah kepadaku
karena ada putri lain yang sedang menunggumu
Kamis, 29 November 2012
ampunkanlah
dalam keheningan malam
berselimutkan airmata
menengadahkan tanganku
mengharap ampunan-Mu
teringat akan salahku
yang selalu menghiraukan-Mu
selalu membantah-Mu
dengan segala kenikmatan hawa nafsu
menghempaskan aturan-Mu
ku terjebak dalam lingkarannya
ingin ku kembali ke jalan-Mu
namun cengkramannya sangatlah kuat
inginku ku berlari mencari-Mu
bersujud meminta ampun pada-Mu
tuhan beri aku kesempatan
aku ingin kembali ke jalan-Mu lagi
Sabtu, 17 November 2012
langit
langit gelap kian kelam
bah awan putih marah biaskan hitam
menyimpan tumpahan air mata
siap basahi bumi
aku dibawamu hanya menatapmu
mengapa kau seperti ini?
menakuti hati manusia
dengan wajah garangmu dan suara gemamu
betapa menyeramkannya dirimu
langit cerah tak salah
kau datang buyarkan suasana
dan menetap diatasku
turunkanlah.. turunkanlah.. turunkanlah..
turunkanlah semua amarahmu
tumpahkanlah semua kekesalanmu
biar kau tenang dan lekas pergi
aku tak membencimu
namun kaupun tak sepenuhnya salah
ini adalah kehendak-Nya
ini peringatan untukku dan yang lain
bah awan putih marah biaskan hitam
menyimpan tumpahan air mata
siap basahi bumi
aku dibawamu hanya menatapmu
mengapa kau seperti ini?
menakuti hati manusia
dengan wajah garangmu dan suara gemamu
betapa menyeramkannya dirimu
langit cerah tak salah
kau datang buyarkan suasana
dan menetap diatasku
turunkanlah.. turunkanlah.. turunkanlah..
turunkanlah semua amarahmu
tumpahkanlah semua kekesalanmu
biar kau tenang dan lekas pergi
aku tak membencimu
namun kaupun tak sepenuhnya salah
ini adalah kehendak-Nya
ini peringatan untukku dan yang lain
Selasa, 23 Oktober 2012
2 gadis
dua gadis termenung
memikirkan apa yang dipikirkan
aku dan dia senasib
namun tak satu cerita
dia mencintai tanpa sepemberitahuannya
dia menyayangi tanpa dipinta
murni dalam hati
tapi tak selalu berbuah hasil baik
dia ingin menggapainya
lelaki yang berani menyentuh hatinya
menggenggam hatinya
namun dia tak mampu membalasnya
kini dia hanya diam
menaruh luka dihatinya
tanpa sepengetahuannya
bahwa dia cinta dan kau telah menutup cinta dihatimu
aku hanya diam
menatap dirimu dari jauh
inginku menghampirimu
kamu yang dulu pernah ada dihatiku
jantung berdegup kencang
saat melihatmu
hati kembali merasakan cintamu
namun kutahu kau tak memiliki rasa itu lagi
ketika hati ini sudah terikat dengan hati lain
kau datang dan menggiyahkan hatiku
hati bimbang tak tertahan
aku hatus berjalan di jalurku
apa aku harus belok kearahmu
memikirkan apa yang dipikirkan
aku dan dia senasib
namun tak satu cerita
dia mencintai tanpa sepemberitahuannya
dia menyayangi tanpa dipinta
murni dalam hati
tapi tak selalu berbuah hasil baik
dia ingin menggapainya
lelaki yang berani menyentuh hatinya
menggenggam hatinya
namun dia tak mampu membalasnya
kini dia hanya diam
menaruh luka dihatinya
tanpa sepengetahuannya
bahwa dia cinta dan kau telah menutup cinta dihatimu
aku hanya diam
menatap dirimu dari jauh
inginku menghampirimu
kamu yang dulu pernah ada dihatiku
jantung berdegup kencang
saat melihatmu
hati kembali merasakan cintamu
namun kutahu kau tak memiliki rasa itu lagi
ketika hati ini sudah terikat dengan hati lain
kau datang dan menggiyahkan hatiku
hati bimbang tak tertahan
aku hatus berjalan di jalurku
apa aku harus belok kearahmu
Jumat, 12 Oktober 2012
harus terpisah (lirik lagu dari Cakra Khan)
Sendiri, sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Bayangkan.. bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untuk ku rindukan
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Bayangkan.. bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untuk ku rindukan
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Jumat, 31 Agustus 2012
pemain cinta
seseorang datang mengisi relung hatiku yang sepi
membawa setumpuk pengharapan yang selama ini aku harapkan
memainkan hati ini hingga aku terbuai akannya
menaruh segenggam rasa untuk aku nikmati
waktu berjalan tak terduga
perlahan ku merasa kehilangan dia
entah apa yang salah pada diriku
dengan entengnya dia tak sadar telah menggores luka di hati ini
aku tak ingin tejebak
tapi aku selalu terjebak
apa aku ini bodoh?
setiap kali ada yang memainkan perasaanku
saat itu pula selalu menyisakan luka
letak kesalahanku dimana
aku tidak tahu
kini hanya harapan kosong yang bersemayam dalam hatiku
entah samapai kapan aku menyimpan ini semua
entah sampai kapan aku selalu merasakan hal seperti ini
mungkin sampai kau benar-benar pergi dariku
dan sampai aku berhenti menangis karnamu
membawa setumpuk pengharapan yang selama ini aku harapkan
memainkan hati ini hingga aku terbuai akannya
menaruh segenggam rasa untuk aku nikmati
waktu berjalan tak terduga
perlahan ku merasa kehilangan dia
entah apa yang salah pada diriku
dengan entengnya dia tak sadar telah menggores luka di hati ini
aku tak ingin tejebak
tapi aku selalu terjebak
apa aku ini bodoh?
setiap kali ada yang memainkan perasaanku
saat itu pula selalu menyisakan luka
letak kesalahanku dimana
aku tidak tahu
kini hanya harapan kosong yang bersemayam dalam hatiku
entah samapai kapan aku menyimpan ini semua
entah sampai kapan aku selalu merasakan hal seperti ini
mungkin sampai kau benar-benar pergi dariku
dan sampai aku berhenti menangis karnamu
Arrrggghhh!!!!
Di
pagi hari yang cerah,aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ku rapihkan
pakaianku dan ku periksa kembali buku-buku yang akan aku bawa. Dari lantai
bawah terdengar suara wanita sekitar berumur 40 tahun memanggilku,tak lain itu adalah
Ibuku.
Ibu : “Din,cepat sarapan dulu,biar
enggak telat ke sekolahnya”, sahut ibuku.
Dini : “Iya bu,ini udah beres”,
jawabku.
Setelah
semua selesai,aku turun kebawah menghampiri meja makan yang sudah tersedia
makanan yang telah dibuatkan ibuku. Ku habiskan nasi goreng yang ada di
depanku. Setelah selesai aku segera memakai sepatu dan pergi sekolah bersama
ayahku.
Dini : “Bu,Dini pergi dulu
ya”,pamitku kepada ibuku.
(Di
ikuti dengan mencium tangan ibu)
Ibu : “Iya hati-hati nak,langsung
pulang ya”,pesan ibuku.
Dini :
“Siap bu,oh iya hampir lupa,itu obat Ibu udah Dini siapin,ada di kotak obat,jangan lupa Ibu minum ya”,ujarku
seperti menasehati.
Ibu : “Iya nak,ayo cepat Ayahmu
sudah nunggu di depan”.
Dini : “Assalamu’alaikum”,salamku.
Ibu : “Walaikum’salam”,jawabnya.
(Dengan senyum mengembang di bibirnya)
Aku
pergi dengan senyuman ibuku yang dia perlihatkan padaku,bukti penyemangat
untukku meraih cita-citaku. Aku di antar oleh ayahku memakai kendaraan motor.
Ada sekitar 20 menit aku sampai di sekolahku. Aku turun dari motor.
Dini : “Yah dini masuk dulu
ya”,kataku.
Ayah : “Iya,yang rajin
belajarnya”,pesan ayah.
Dini : “Siap
ayah,Assalamu’alaikum”,salamku.
(Sambil ku cium tangan ayahku)
Ayah : “Walaikum’salam”,jawabnya.
Ayahku
pergi bekerja dan aku pun harus segera masuk karena bel sekolah tanda masuk pun
telah berbunyi. Aku sekolah di SMP Negeri 35 Bandung kelas 7F. Aku segera masuk
ke kelas dan duduk di bangkuku seperti biasa di temani sahabatku.
Dini :
“Hai ver,tumben enggak kesiangan”,godaku karena sahabatku ini sering datang
kesiangan.
Vera : “Enggak dong,kan udah coba
bangun pagi”,jawabnya.
Berhubung
ini hari jumat,hanya ada 3 pelajaran,tetepi pelajaran pertama dan kedua gurunya
tidak masuk di karenakan izin,bel istirahat pun berbunyi,aku dan sahabatku
pergi keluar kelas menuju kantin.
Tiba
di kantin dan kita langsung memesan makanan favorit yaitu nasi kuning di tambah
dengan teh manis. Kita duduk di pojok kantin.
Vera : “Din,udah ini pelajaran BK
ya?”,tanyanya.
Dini : “Iya,kenapa gitu
ver?”,tanyaku kembali.
Vera :
“Kata Bu Nina,dia mau ceritain tentang pentingnya Ibu di hidup kita,pasti seru
deh ceritanya”,jawabnya dengan semangat.
Tak
lama makanan pun datang dan langsung saja memakannya. 15 menit kemudian bel
masuk pun berbunyi,tepat dengan selesainya kami makan. Lalu kami segera kembali
ke kelas,dan ternyata Ibu Nina sudah ada,kami pun di persilahkan duduk.
Ibu Nina :
“Ibu minggu lalu pernah bilang sama Vera kalau hari ini kita mau bahas tentang
pentingnya Ibu di kehidupan kita”.
“Ada
yang tahu kenapa Ibu sangat penting di kehidupan kita?”,tanyanya.
(Taufik mengacungkan
tangan)
Taufik : “Karena Ibu adalah orang yang
melahirkan kita”,jawabnya.
(Laras pun mengacungkan
tangan)
Laras :
“Karena Ibu adalah orang yang paling berjasa di hidup kita,Ibu yang sudah
mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan itu butuh perjuangan yang sangat
besar”,jawabnya panjang.
Ibu Nina :
“Iya jawaban kalian benar,Ibu tambahkan ya,jadi Ibu itu seseorang yang patut
kita sayangi,kita hargai,kita rawat,kita cintai,karena begitu besar
jasanya,jangan pernah membuat Ibu kalian menangis karena kalian,jaga dia,dan
jika Ibu kalian meninggalkan kalian,hidup kalian akan begitu hampa
tanpanya,maka dari itu jaga Ibu kalian,bila perlu minta maaf dari sekarang
sebelum Ibumu di cabut nyawanya oleh yang Maha Kuasa”,ujarnya panjang.
Aku
termenung dengan apa yang diucapkan oleh Bu Nina,apalagi saat bagian jika Ibu
meninggalkanku,seketika aku takut dan aku tak ingin kehilangan Ibuku.
Bel
selesai sekolah pun berbunyi dan aku pulang dengan berjalan kaki sambil masih
memikirkan perkataan dari Bu Nina.
Sekitar 30 menit ku
berjalan,aku sampai di rumah.
Dini : “Assalamu’alaikum”,salamku.
Ibu : “Walaikum’salam”,jawabnya dengan senyuman yang
membuatku tenang.
Aku
segera ke kamar mengganti pakaianku dan membantu Ibuku yang sedang memasak di
dapur.
Ibu : “Din,bantu Ibu ya siapin
makanan,sebentar lagi Ayahmu pulang”,suruhnya.
Dini : “Siap Ibuku”.
Aku
membantu Ibuku memasak ikan goreng. Aku melihat gelas plastik berwarna pink
yang sedang di pegang Ibuku yang berisi air yang sedang ia minum. Gelas itu di
simpan dan aku melihat isi gelas itu,ternyata air putih. Lega rasanya.
Dini : “Bu,udah di minum
obatnya?”,tanyaku.
Ibu : “Udah kok nak”,jawabnya.
Aku
sangat merasa haus,lalu aku mengambil minuman kaleng di dalam kulkas,karena
kemarin aku dapat bingkisan makanan dan minuman kaleng. Di kulkas banyak
minuman soda,tapi aku pilih minuman teh. Ku hampiri Ibuku yang sedang duduk di
lantai ruang keluarga.
Ibu : “Din,Ibu mau dong minumannya!”,pintanya.
Dini : “Jangan Bu,ini dingin
minumannya”,larangku.
Ibu : “Itu kan teh bukan minuman
soda,enggak apa-apa kan?”,mohonnya.
Aku
berpikir sejenak,benar juga apa kata Ibuku,mungkin tidak apa-apa karena ini
teh,tidak berbahaya. Jadi ku izinkan Ibuku meminum minumanku.
Dini : “Tapi jangan
banyak-banyak,bu!”,kataku.
Ibu : “Iya”,jawabnya pendek.
Ibuku
meminum minumanku,aku segera menahan Ibuku untuk tidak banyak-banyak meminum
minumanku.
Setelah
Ibuku minum,aku pergi ke kamarku untuk mengerjakan tugas. Baru ku melangkah
sampai tangga,terdengar suara benturan,seperti orang terbentur ke
tembok,seketika ku ingat Ibuku. Aku kembali ke ruang keluarga dan ternyata
Ibuku sudah terbaring tak sadarkan diri tergeletak di lantai.
Dini : “Bu,bangun
bu,bangun!”,teriakku panik sembari ku goyangkan badan Ibuku.
Tapi
Ibuku tak kunjung bangun,tiba-tiba keluar busa berdarah dari mulutnya dan itu
membuatku semakin panik. Dalam keadaan panik,aku mencoba menelpon Ayahku,dengan
gemetar ku tekan angka demi angka,dan “pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan
panggilan ini”. Sial! Lalu aku tinggalkan Ibuku sebentar dan aku berlari keluar
ke warung telepon untuk menghubungi Kakak pertamaku Kak Tia.
Aku
berlari secepat-cepatnya menuju warung telepon dengan mata bercucuran air mata.
Para tetangga memanggilku,tapi tidak aku hiraukan. Sesampainya di warung
telepon,ku tekan nomer telepon rumah Kakakku,dan ternyata terhubung.
Dini :
“Kak,Ibu Kak,Ibu pingsan,di mulutnya keluar busa berdarah,Ayah belum pulang,Dini
panik Kak enggak tahu mesti ngapain”,ujarku dengan suara gemetar.
Tidak
ada jawaban dari Kakakku,tapi terdengar suara dari belakang yang menyerukan
“Bangun Tia,bangun”, aku berpikir Kakakku pingsan. Lalu ku matikan teleponku
dan kembali berlari menuju rumahku.
Sesampainya
di rumah,ternyata di rumahku sudah ramai oleh para tetanggaku yang sedang
mencoba menyadarkan Ibuku. Salah satu tetanggaku bertanya padaku.
Ibu Yayah : “Din,kenapa Ibumu bisa
pingsan?”,tanyanya.
Dini : “Dini juga enggak tahu bu,tiba-tiba
saja Ibu udah pingsan”,jawabku.
Ibu Yayah : “Ayahmu mana? Dia sudah
tahu?”,tanyanya kembali.
Dini : “Belum pulang dan belum tahu
juga,bu”,jawabku.
Ibu Yayah : “Nomer Ayahmu berapa,biar Ibu telepon
suruh bawa ambulan”,sarannya.
Dini : “08157097418”,ujarku.
Di
teleponlah Ayahku oleh Bu Yayah untuk menyuruh memanggil ambulan. Sekitar 30
menit,Ayahku datang dengan membawa ambulan panggilannya. Ibuku di angkat menuju
mobil ambulan,aku berdua di dalam ambulan bersama suster yang mengecek keadaan
Ibuku. Ayahku memakai motor pergi terlebuh dahulu ke rumah sakit.
Sesampainya
di rumah sakit,para medis dengan sigap membawa Ibuku ke UGD dan dokter pun
menyuruhku tunggu di luar.
Aku
menunggu di ruang tunggu berdua dengan Ayahku,berharap kabar baik tentang
keadaan Ibuku. Sekitar 45 menit dokter menangani Ibuku,dia keluar dengan raut
wajah bertanda tidak baik.
Ayah : “Dok,bagaimana keadaan istri
saya?”,tanya ayahku cemas.
Dokter : “Maaf pak,istri bapak tidak bisa
tertolong”,jawabnya dengan penuh penyesalan.
Ayahku
seperti terdorong ke belakang,tak percaya dengan apa yang di katakan dokter.
Ayahku tak mampu menemui Ibuku,dia pergi keluar ruang UGD,dan aku perlahan
membuka pintu ruang 05 itu.
Ku
lihat sesosok wanita,pucat,lemah,terbaring tanpa nyawa,yaitu Ibuku sendiri. Ku
hampiri dia dan ku peluk Ibuku.
Dini :
”Ibu,kenapa Ibu pergi ninggalin Dini?Dini enggak rela Ibu pergi,Dini enggak
sanggup di tinggalkan oleh Ibu,Dini belum sempat mengucap kata maaf sama
Ibu,Dini gagal jagain Ibu,Ibu bangun!”,teriakku dan air mata terus mengalir di
pipiku.
“Arrrggghhh......”,teriakku.
Bodohnya
aku,aku tak bisa menjaga Ibuku,aku kehilangan orang terpenting dalam hidupku.
Aku tak sanggup kehilangan Ibuku,takkan ada lagi senyuman yang menjadi
penyemangat hari-hariku. Bodoh,bodoh,bodoh!
Tak
lama kemudian Kakakku yang sempat aku telepon datang ke rumah sakit,dia kaget
melihat Ibunya sudah tak bernyawa lagi.
Tia :
“Ibu........”,teriaknya.
Kakakku langsung memeluk
Ibuku.
Tia : “Semua ini salah kamu,kenapa
kamu enggak bisa jaga Ibu dengan baik,dokter udah bilang berapa kali perhatikan kondisi,makanan,minuman yang
masuk ke perut Ibu,kakak benci sama kamu!”,dengan nada tinggi.
“keluar kamu! Kakak enggak mau lihat kamu!”
(dengan tangan menunjuk ke pintu keluar)
Aku
keluar dengan langkah pelan,semua yang di katakan kakakku benar. Aku tak bisa
menjaga Ibu dengan baik,penyakit yang dia derita menyerangnya dan melumpuhkan
nyawanya.
Aku
menemui dokter untuk mengetahui penyebabnya. Di ruang dokter.
Dini : “Dok,kenapa Ibuku bisa
meninggal?”,tanyaku.
Dokter :
“Penyakit jantung Ibumu sudah parah,di tambah paru-paru Ibumu
terendam”,jawabnya.
Dini :
“Kenapa bisa terendam,dok?Ibuku kan tidak punya penyakit paru-paru?”,tanyaku
heran.
Dokter : “Sepertinya Ibumu meminum minuman
soda”,jawabnya singkat.
Aku
terdiam sejenak,setiap hari aku selalu memperhatikan apa saja yang ibuku makan
dan minum. Tak lama aku teringat minuman yang di tuangkan dalam gelas plastik
berwarna pink itu. Sepertinya Ibuku meminum minuman soda dan dia memindahkan
minumannya kedalam gelas plastik berwarna pink itu.
Dini : “terimakasih, dok”.
Aku
keluar dan menemui Ayahku yang sedang duduk lemas di ruang tunggu. Ayahku
meminta pihak rumah sakit mengantarkan jasad Ibuku kerumah duka.
Sesampainya
di rumah,para tetangga membantu mengurusi jasad Ibuku. Pertama kali aku sampai
di rumah,aku segera ke dapur mencari gelas plastik pink itu. Untung saja gelas
itu belum di cuci,dan ku cium aroma dari gelas itu,ternyata aku mengenali aroma
itu,minuman bersoda.
Rasa
penyesalanku semakin besar,karena aku sangat teramat lalai dengan kejadian ini.
Aku tak bisa berhenti untuk menangis. Aku membuat keluargaku menangis
kehilangan orang yang terpenting dalam hidup mereka.
Jasad
ibuku sekarang akan di mandikan,aku ikut untuk memandikannya. Begitu
putih,bersih tubuh ibuku seperti tak ada beban dalam dirinya,tak seperti
awalnya penyakit yang dia derita begitu sangat lama dia tanggung.
Selesai
memandikan,ibuku di pakaikan kain kafan. Aku tak sanggup untuk melihat itu. Tak
lama kakak keduaku ,Yuli datang,dia telat mendapatkan informasi. Dia bingung
sebenarnya apa yang terjadi.
(di depan pintu)
Yuli :
“ada apa ini?itu siapa yang sedang di kain kafani?”,tanyanya dengan wajah
kebingungan.
Ibu Yayah : “yang sabar ya nak,itu Ibumu”,jawabnya
pelan.
(mengelus pundak kakakku)
“tidaaakkkkk..........”,teriak
kakakku dan langsung memeluk Ibu.
“ibu jangan tinggalin
yuli!”,pintanya sembari menangis.
Kakakku melihat ke arahku
yang tepat di sebelah jasad ibuku.
(Paaakkkkkk.....!) tampar
kakakku padaku.
“Semua ini salahmu,kamu
enggak becus urus ibu”,dengan nada tinggi.
Aku
hanya bisa diam,tak bisa ku ucapkan apa penyebab awalnya,aku memang lalai,tapi
itu semua bukan aku yang salah,aku sudah berusaha menjaga ibuku dengan baik.
Ayah : “yuli,kamu enggak boleh tampar
adikmu!”,tegurnya
“semua bukan salah Dini,ini sudah takdir dari
yang Maha Kuasa”,katanya.
Keadaan
sempat hening sejenak,lalu ayah memelukku dan kakak pertama dan kakak keduaku
ikut memeluk kami berdua. Suasana penuh sedih harus berubah menjadi sebuah
ketegaran dalam kehidupan kami kedepannya.
Jasad
ibuku langsung di makamkan di TPU terdekat. Saat ibuku akan di masukan ke liang
lahat,aku mengucapkan kata terakhir untuknya “Bu,maafkan semua
kesalahanku,sampai kapanpun aku takkan pernah bisa lupakanmu,semua yang telah
engkau berikan takkan pernah ku lupakan,semua jasamu takkan pernah bisa ku
gantikan,hanya doa yang bisa aku berikan untukmu menerangi alam kuburmu,ragamu
pergi tapi hatimu tetap menyatu dengan hatiku,kau tetap orang terpenting dalam
hidupku,selamat jalan bu”.
Jasad
ibuku sudah tertimbun tanah,tapi cintanya takkan pernah tertimbun dunia
lain,cinta kita mengalir selalu,sampai ku menutup mata.
Sabtu, 17 Maret 2012
kamu....!!!!
tak sengaja ku bertemu denganmu
sorot matamu menyilaukanku
membuatku terpana padamu
sampai ku hanyut dalam khayalku
tanganmu yang halus itu
menjabat tangan kananku
kau melempar senyum indahmu
hingga ku terbuai dalam anganku
sore itu
saat-saat harapku
datang jua padaku
kau yang dulu pernah ada di mimpiku
kini nyata di hadapanku
sorot matamu menyilaukanku
membuatku terpana padamu
sampai ku hanyut dalam khayalku
tanganmu yang halus itu
menjabat tangan kananku
kau melempar senyum indahmu
hingga ku terbuai dalam anganku
sore itu
saat-saat harapku
datang jua padaku
kau yang dulu pernah ada di mimpiku
kini nyata di hadapanku
gadis
saat ku sendiri
saat ku tak di perhatikan
ku diam membisu
tak banyak yang bisa ku lakukan
tiba-tiba gadis datang
membawa setumpuk hangat
segenggam harap
bahwa ku tak seorang
saaat ku temukannya
saat bahagia menyertaiku
gadis pergi tak terduga
membuat hati goyah seketika
gadis itu
selalu ada untukku
raga pergi menjauh
tapi jiwa kita tetap utuh
saat ku tak di perhatikan
ku diam membisu
tak banyak yang bisa ku lakukan
tiba-tiba gadis datang
membawa setumpuk hangat
segenggam harap
bahwa ku tak seorang
saaat ku temukannya
saat bahagia menyertaiku
gadis pergi tak terduga
membuat hati goyah seketika
gadis itu
selalu ada untukku
raga pergi menjauh
tapi jiwa kita tetap utuh
harap
ketika benih ini ku tanam
ku tunggu buah yang tumbuh
tak lain ku inginkan manisnya buah
ketika rasa ini ku pendam
ku tunggu datangnya cinta
tak lain ku ingin kasihnya
penantian itu lama
menunggu itu bosan
berharap itu berangan
ketika harap itu terpenuhi
hati girang tak tertahan
ketika harap tak tergapai
hati bagai keringnya daun
ku tunggu buah yang tumbuh
tak lain ku inginkan manisnya buah
ketika rasa ini ku pendam
ku tunggu datangnya cinta
tak lain ku ingin kasihnya
penantian itu lama
menunggu itu bosan
berharap itu berangan
ketika harap itu terpenuhi
hati girang tak tertahan
ketika harap tak tergapai
hati bagai keringnya daun
pupus
ku gantungkan harapanku
ku berjuang menggapainya
ku mendaki jalan berliku
terjatuh pun tak kurasa
harapanku tinggi melayang
melambung jauh dariku
perjuangan tak sampai disini
serasa sulit tapi tak apa
satu langkah lagi menujunya
ku jatuh terlampau jauh
harapan yang pupus
takkan mungkin ku gapai kembali
ku berjuang menggapainya
ku mendaki jalan berliku
terjatuh pun tak kurasa
harapanku tinggi melayang
melambung jauh dariku
perjuangan tak sampai disini
serasa sulit tapi tak apa
satu langkah lagi menujunya
ku jatuh terlampau jauh
harapan yang pupus
takkan mungkin ku gapai kembali
jauh
dalam keheningan malam
ku tertunduk lemah tak berdaya
ku teteskan air mata ini
hanya untuk mendapat ampunanmu
ku terlampau jauh darimu
ku terlalu melangkah jauh dari jalanmu
sulit rasanya meniti jalan menujumu
tapi ku coba berusaha
ku jauh darimu
kau pun jauh denganku
ku melupakanmu
tapi kau berusaha mengingatkanku
kini ku berpikir
betapa ku ingin dekat denganmu
yang setiap saat mengingatmu
yang setiap saat ada di hatiku
ku tertunduk lemah tak berdaya
ku teteskan air mata ini
hanya untuk mendapat ampunanmu
ku terlampau jauh darimu
ku terlalu melangkah jauh dari jalanmu
sulit rasanya meniti jalan menujumu
tapi ku coba berusaha
ku jauh darimu
kau pun jauh denganku
ku melupakanmu
tapi kau berusaha mengingatkanku
kini ku berpikir
betapa ku ingin dekat denganmu
yang setiap saat mengingatmu
yang setiap saat ada di hatiku
Kamis, 08 Maret 2012
sendiri
semua hilang bagai debu tertiup angin
pergi tak berbekas
kini hanya aku sendiri
berdiri menatap dunia yang sepi
berjalan tanpa arah
bercerita dengan khayalan
berjalan dengan bayangan
menangis tanpa sentuhan
kemana semua orang pergi
mengapa hanya aku yang tersisa
aku layaknya sampah yang terbuang
di tinggal menuju dunia baru
pergi tak berbekas
kini hanya aku sendiri
berdiri menatap dunia yang sepi
berjalan tanpa arah
bercerita dengan khayalan
berjalan dengan bayangan
menangis tanpa sentuhan
kemana semua orang pergi
mengapa hanya aku yang tersisa
aku layaknya sampah yang terbuang
di tinggal menuju dunia baru
cinta tak terbalas
perempuan datang membawa cinta
cinta kasih yang putih
menanti datangnya seorang lelaki
menjemput dengan kereta hias
di penantian penuh harap
akankah lelaki itu datang
membawa setangkai mawar merah
megulurkan tangan menggapai cinta
lama tak kunjung datang
suara hentakan kuda tak ku dengar
tertunduk menghela napas
memang harap tak kunjung terpenuhi
cinta kasih yang putih
menanti datangnya seorang lelaki
menjemput dengan kereta hias
di penantian penuh harap
akankah lelaki itu datang
membawa setangkai mawar merah
megulurkan tangan menggapai cinta
lama tak kunjung datang
suara hentakan kuda tak ku dengar
tertunduk menghela napas
memang harap tak kunjung terpenuhi
pergi
duduk ku termenung
menatap langit yang seakan tumpahkan dengan meganya
ku bayangi raga yg berada disampingku
menikmati angan akan hangat dekap itu
lepas
pergi
dan hilang
kemana kemana dan kemana
jiwa yang tumbuh
rasa yang mekar
pergi meninggalkan luka
menatap langit yang seakan tumpahkan dengan meganya
ku bayangi raga yg berada disampingku
menikmati angan akan hangat dekap itu
lepas
pergi
dan hilang
kemana kemana dan kemana
jiwa yang tumbuh
rasa yang mekar
pergi meninggalkan luka
inginku
aku ingin hidup seperti mereka
bernaung di tempat yg aman
merasakan dekapan begitu hangat
saling menyayangi
saling mengasihi
saling menopang satu sama lain
tatkala derita menghadang
menemani di saat riuh air mata membasahi
aku ingin hidup seperti mereka
bercengkrama membagi kisah
mendengar apa yg sulit terungkap
melihat apa yg sulit terjangkau
menggenggam cinta
memberi kasih
saat suka dan duka
melanda hati ini
aku bagaikan daun
tergoyahkan oleh angin
membuatku lepas dan kehilangan arah
menari tanpa alunan
berlaju tanpa tujuan
itulah aku yg hilang jati diri
bernaung di tempat yg aman
merasakan dekapan begitu hangat
saling menyayangi
saling mengasihi
saling menopang satu sama lain
tatkala derita menghadang
menemani di saat riuh air mata membasahi
aku ingin hidup seperti mereka
bercengkrama membagi kisah
mendengar apa yg sulit terungkap
melihat apa yg sulit terjangkau
menggenggam cinta
memberi kasih
saat suka dan duka
melanda hati ini
aku bagaikan daun
tergoyahkan oleh angin
membuatku lepas dan kehilangan arah
menari tanpa alunan
berlaju tanpa tujuan
itulah aku yg hilang jati diri
Langganan:
Postingan (Atom)