Selasa, 18 Desember 2012

tangisku di tanggal 18 bulan ke-12 tahun 2012

Tuhan..
Saat kau mengambil separuh dari kehidupanku tanpa terduga waktunya
Aku kecewa,marah,kesal
Mengapa kau lakukan ini tiba-tiba?

Tapi ku berpikir pada saat waktu terduga maupun tidak terduga,tetap separuh dari kehidupanku lambat laun akan menghilang
Saat dihadapkan pada kenyataan ibuku terbaring tanpa ruh,ku berpikir kau mengambilnya itu merupakan cobaan bagiku,walaupun pada usia dimana aku sangat membutuhkan sosok seorang ibu untuk membimbingku,tapi kau lakukan pada saat itu,berarti kau tau bahwa ku mampu melewatinya

6 tahun menjalani hidup tanpa sosok ibu
Setiap kali bayangannyaterlintas,airmata pun tak bisa ku bendung lagi
Aku tau tangisku menyiksanya,tapi Tuhan maafkan aku,aku bukan menolak ketetapanmu,tapi aku hanya memiliki rasa rindu,aku takmeminta untuk kau kembalikan ibu ke dunia,tapi di setiap hariku,di sela ibadahku,di sela tangisku,ku sisipkan doa untuknya sekaligus penenang hatiku tanpanya
Posted on by Unknown | No comments

Jumat, 14 Desember 2012

121212



Selasa,11 Desember 2012 – Siang hari yang terik ini, aku tak merasakan panas itu karena aku sedang berada di dalam mesjid. Aku baru saja selesai menjalankan ibadah shalat dzuhur. Sebelum aku bergegas kembali ke kampus,aku sejenak merenungkan mengingat hari ini adalah hari kesebelas di bulan desember. Bulan desember mengingatkan pada sebuah kejadian yang tak pernah aku lupakan sepanjang hidupku.
  “Din...”, temanku menepuk bahuku dan aku pun kaget dibuatnya.
  “kamu kenapa?bengong aja,kamu sakit?”,kata anita.
  “oh enggak kok,lagi inget sesuatu aja”,jawabku.
  “inget apa?cerita dong sama aku”, anita menawarkan diri.
  “engga apa-apa kok,ayo kita balik lagi ke kampus,udah jam 12.30 kita ada jadwalkan”,aku mencoba mengalihkan.
  “hmm ayo deh”,anita menggerutkan dahi seperti ada rasa penasaran dihatinya.
Kita berdua berjalan menuju kampus. Tetap saja kejadian 7 tahun yang lalu berputar di pikiranku,seakan aku ingin kembali ke masa itu untuk mengubah alur cerita yang amatlah buruk bagi hidupku.
Akhirnya kita berdua sampai di kampus dan kita berdua masuk kedalam kelas. Ternyata kita telat 5 menit. Teman-teman yang lain sudah sejak 5 menit tadi memperhatikan dosen menjelaskan. Aku merasakan teman-temanku melihat dengan tatapan heran berarah kepadaku.
Aku bertanya kepada teman disebelahku.
  “ada apa sih?ada yang aneh sama aku?”,tanyaku pada ica dengan suara pelan.
  “kamu murung banget din,biasanya kan gak kaya gitu,lagi ada masalah ya?”,tanya ica.
  “ah enggak kok,lagi ga bersemangat aja akunya”,jawabku.
  “oh gitu,tapi masih terlihat aneh”,jawabnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tak banyak kata yang aku keluarkan. Sebenarnya pikiranku sedang kalut. Entahlah rasa ini hinggap dengan sendirinya.
Selama aku beraktivitas di kampus,mungkin teman-temanku merasa terganggu dengan sikapku yang sedang kalut,tapi apalah daya aku sulit untuk menceritakan ini pada temanku.
Akhirnya aku memisahkan diri dari teman-temanku agar mereka tidak terganggu dengan kehadiranku. Aku pergi ke mushola untuk sejenak merenungkan dan menenangkan diriku. Ternyata temanku anita mengikutiku dari belakang. Dia menghampiriku dan mencoba membujukku untuk menceritakan apa yang sedang aku rasakan.
  “din,kamu kenapa sebenernya?kita khawatir sama kamu,kamu gak biasanya kaya gini?”,tanya anita dengan hati-hati.
Aku menundukan kepala dan tanpa aku sadari pipiku telah basah oleh air mata yang mengalir begitu saja.
  “loh kok kamu nangis din?kamu kenapa?”,tanya anita dengan gugup.
Aku lalu memeluk dia. Aku merasa tak sanggup untuk menahan rasa ini. Air mataku semakin deras keluar,betapa berat kejadian 7 tahun yang lalu itu untuk aku kenang. Terlalu pahit untuk aku ingat,mencoba melupakan pun sangatlah sulit.
  “ta,biarkan aku menangis hari ini dan jangan kamu tanya mengapa aku menangis”,kataku sembari memeluk dia.
  “tapi din...”. aku memotong ucapan anita.
  “biarkan aku menangis hari ini ta,nanti akan aku jelaskan,tolong sampaikan pada teman-teman yang lain maaf membuat mereka merasa gak nyaman dengan sikap dini,tapi tolong ta biarkan aku menangis hari ini biar aku tenang”,pintaku.
  “iya din,menangislah”,jawabnya.
Aku menangis di dekapan tubuh anita,walaupun aku tahu dia bingung dengan apa yang terjadi pada diriku,tapi dia tidak tahu bahwa pelukannya membuatku merasa tenang. Sudah cukup puas aku menangis,aku melepaskan pelukan dari anita.
  “makasih ta udah menemani aku menangis,aku mau pulang ta”,kataku.
  “iya din,ayo kita pulang”,ajaknya.
Kita pun pulang kerumah masing-masing. Aku sampai dirumah tepat jam 7 malam. Tubuhku lemah dan mataku lelah karena menangis. Aku tak langsung tidur tapi aku mengambil air wudlu untuk melaksanakan shalat isya. Setelah selesai shalat isya aku duduk diatas sajadahku dan menengadahkan tanganku dan berdoa.
            Ya allah,ampunilah segala dosaku
            Engkau tahu apa yang kurasakan saat ini
            Engkau mengerti apa yang kulakukan saat ini
            Tolong kuatkan hati hamba
            Tolong relakan hidupku ini tanpanya,engkau tahu yang terbaik untukku,amin
Aku selesai berdoa dan membereskan alat shalatku. Aku menuju kamarku. Aku memandangi foto ibuku yang terpajang di dinding kamarku seraya aku berkata, “mah,mungkin esok hari kau akan lebih perih melihatku,tapi aku mohon maafkan aku untuk kali ini”. Lalu aku segera terbaring di tempat tidurku untuk memulihkan tenagaku untuk ku pakai esok hari. Dan aku pun tertidur.

Rabu,12 Desember 2012 – Hari ini adalah hari yang memiliki kombinasi tanggal,bulan,dan tahun yang unik,yaitu tanggal 12,bulan 12,tahun 2012. Ada beberapa orang yang menjadikan hari ini untuk hari pernikahan,hari jadian,hari kelahiran,dan lain sebagainya.
Siang hari di kantin kampus,aku dan teman-teman sedang asyik bercanda ria dengan topik hari yang unik ini.
  “eh bagus ya hari ini tanggal 12,bulan 12,tahun 2012 ,unik banget ya”,kata ica.
  “iya bagus banget,aduh aku berharap ada cowo yang nembak aku di tanggal ini loh”,kata anita.
  “hahahahahaha......”,teman-temanku yang berada di kantin semuanya tertawa riang tak terkecuali aku,aku pun tertawa mendengar ucapan anita temanku.
Di sela tawa mereka aku coba untuk memisahkan diri.
  “eh temen-temen aku kesana dulu bentar ya”,aku menyela diantara tawa mereka.
  “mau kemana din?”,tanya akbar.
  “bentar aja kok”,jawabku.
Aku seperti biasa ke mushola. Aku pikir tempat itu adalah tempat yang tepat untuk aku merenung. Sesampainya aku di mushola aku mengeluarkan secarik kertas dan aku mulai menuliskan sesuatu di kertas itu.
Rabu,12 Desember 2012
Mah,ini adalah suratku yang ketujuh yang aku tulis. Mah,kamu tahu bahwa aku tak bisa melupakan semua kenangan tentangmu,semua ceritamu,canda tawa,keluh kesahmu,kebahagiaanmu,kesedihanmu semua terekam baik dalam memoriku. Tahun ketujuh ini bertepatan dengan tanggal unik untuk orang-orang di luar sana “121212”,tapi bagiku tidak mah. Angka itu tidak sama sekali unik untukku. Jika aku bisa kembali ke 7 tahun yang lalu,inginku merubah takdir dengan menjadikan kejadian itu yang membahagiakan untukku,bukan kesedihan yang mendalam yang kurasakan sampai saat ini. 7 tahun mungkin telah mendewasakan pikiranku tentangmu,aku tidak terlalu berlarut dalam angan tentangmu. Namun aku selalu menginginkan kau kembali ke dunia ini mah,mendekap hangat tubuhku,merangkulku saat senang maupun sedih. Mah,maafkan aku telah menyakitimu dengan tangisanku,aku mohon biarkan aku menangis,mungkin dengan ini aku mengobati rasa rinduku padamu. Mah,aku ingin ini adalah tangisan terakhirku untukmu agar kau tak tersakiti olehku. Aku akan selalu mencintaimu sampai kapanpun.
                        12 Desember 2005 – 12 Desember 2012
Anakmu yang selalu mencintaimu
Dini Anggraeni

Aku tahu pasti anita mengikuti dari belakang. Dia menghampiriku saat aku selesai menulis suratku.
  “din,kamu kenapa?”,tanya anita penasaran.
Aku memberikan surat yang tadi aku tulis kepada anita untuk dia baca.
  “nih ta,kamu baca aja,tapi jangan kamu baca disini,kamu keluar aja,aku pengen sendiri”,sahutku.
Anita mengambil surat itu,lalu dia menuruti kataku. Dia keluar dengan membawa suratku tadi. Dia kembali ke kantin menemui teman-teman yang lain.
  “hey,sini-sini kita baca surat yang ditulis dini tadi”,kata anita.
  “surat apa ta?”,tanya ica.
  “aku juga gak tahu,makanya kita baca surat ini,biar aku bacain ya”,anita menawarkan.
Teman-teman yang lain menganggukan kepala dan mendengarkan isi surat yang anita bacakan kepada mereka.
Setelah anita selesai membacakan surat itu,dia terdiam dan teman-teman yang lain pun terdiam. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun mereka berlari menuju mushola untuk menemuiku.
  “dini.......”,teriak mereka sembari mereka memelukku.
Aku menangis dengan sangat derasnya,mereka pun ikut menangis. Mereka meminta maaf karena mereka tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku tetep menangis diantara pelukan mereka.
Aku melepaskan pelukan mereka dan mencoba mengeluarkan beberapa kata.
  “ta,mana suratku tadi?”,tanyaku.
Anita memberikan suratku yang tadi ku berikan kepadanya.
  “teman-teman maafkan aku,selama 2 hari ini aku menjadi berbeda terhadap kalian,sekarang kalian tahu penyebab mengapa aku begini. Maafkan aku”,kataku sambil aku menangis.
  “aku sulit untuk menceritakan ini kepada kalian,aku terlalu lemah untuk menceritakan kejadian ini kepada kalian. Ini adalah hari ketujuh tahunnya mamah aku meninggal. Aku tak sanggup harus merubah hari yang unik ini yang harus di isi dengan kebahagiaan menjadi hari penuh air mata yang aku alami sekarang,aku tak ingin menghilangkan canda tawa kalian”,ujarku.
  “maafin kita din,kita gak peka sama yang dini rasain,kita gak peduli mau hari unik sekalipun,percuma kita bahagia tapi salah satu dari kita tidak bahagia”,anita menjelaskan.
  “maafin dini”,dengan suara lirih.
Mereka kembali memelukku mencoba untuk menenangkanku. Akhirnya air mataku sedikit demi sedikit berkurang.
  “teman-teman aku harus pergi”,kataku.
  “kamu mau kemana din?”,tanya ica.
  “aku mau ke makam mamah”,jawabku.
  “kita ikut ya”,pinta ica.
Aku diam.
  “pokoknya kita ikut din,kamu gak boleh nolak!”,paksa ica.
Akhirnya mereka pun ikut ke makam bersamaku. Kami pergi bersama-sama menggunakan sepeda motor. Aku berdua bersama akbar di depan,yang lain mengikutiku dari belakang. Sampailah kami di makam,tempat ibuku di makamkan.
Kami menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Sampailah kami di makam ibuku. Di samping makam ibuku terdapat sebuah kotak bening dari bahan plastik yang didalamnya terdapat surat-surat. Aku memasukan suratku yang tadi aku tulis kedalam kotak itu. Aku sengaja memajang kotak itu di samping makam ibuku,hanya untuk simbolis penghantar pesan isi hatiku kepada ibuku. Padahal mana mungkin hal itu terjadi,ibuku pasti sudah bisa merasakan sendiri tanpa adanya surat sekalipun.
Teman-temanku heran melihatku. Mungkin mereka menganggapku gila,tapi terserahlah. Dengan cara itu bisa membuatku lebih tenang.
  “mah,ini surat ketujuhku semoga ini tangisan terakhir untukmu agar kau tidak tersakiti olehku lagi,semoga tahun depan aku bisa lebih tegar dan tidak menyiksamu,biarkan hari ini 121212 menjadi hari terakhir aku menyakitimu,agar kelak setelah ini kamu bahagia disana,amin”,doaku.
Teman-temanku ikut mendoakan ibuku. Setelah selesai kami pun pergi. Dan aku menarik panjang nafasku dan aku hembuskan diiringi dengan senyuman,semoga ibuku tersenyum juga di alam sana.
Posted on by Unknown | No comments

Kamis, 06 Desember 2012

sang langit biru

kala malam mendera
asaku akanmu hinggap
pilar pilar hatiku
menampakan dirimu seakan wajahmu dihadapanku

angin berhembus disekelilingku
seraya hembusan hasratmu
menyentuh relung hatiku
menusuk hingga jantungku

kau bagai langit biru
cerah,indah,bersinar
menggoreskan lukisan bumi
amat indah terlihat

tak ku sangka awan hitam menghampirimu
mendekat dengan cepatnya
seraya dia berkata
jangan kau lihat lagi keindahan langitku
Posted on by Unknown | No comments

rasa terpendam

rasa yang kian kupendam
lama-lama makin menjadi
harapku akanmu
makin besar bersemayam dalam angan

kau laksana pangeran yang muncul dihadapanku
senyum yang kau lantunkan
tatapan yang menghangatkan
memberi arti kehangantan

tapi rasa itu tak kudapati lagi
kenyataan pahit harus merenggutnya
pangeranku tak berarah kepadaku
karena ada putri lain yang sedang menunggumu
Posted on by Unknown | No comments