Kamis, 01 Januari 2015

Kehilangan

Kehilangan seseorang memang tak pernah ku bayangkan apalagi mengalaminya.
Kehilangan.
Satu kata yang di tambah imbuhan ke-an menjadi terdengar lebih mengerikan dari biasanya.
Hingga Allah ingin mengajarkan makna kehilangan tersebut.
Benar saja.
Hal yang tak pernah ku pikirkan bahkan ku alami, sekarang menimpaku.
Ya.. Kini aku merasakan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang termurni sepanjang masa.
Kehilangan perhatian termahal di dunia.
Kehilangan perlindungan teraman yang pernah ada.
Kehilangan waktu yang ternyata terbatas.
Yang semuanya terkemas dalam satu sosok.
IBU.

Tak perlu kujelaskan.
Pasti semua mampu menerkanya.

Posted on by Unknown | 1 comment

Jumat, 29 Agustus 2014

Sepenggal Harapan Untuk Ayah

Tulisan ini ku persembahkan kepada ayahku tercinta,


Belum banyak yang bisa ku lakukan untukmu
Tak banyak hal yang ku torehkan di dalam garis bibirmu
Kini kau sangatlah berarti untukku
Orang tua tunggalku, Ayah.

Aku tahu tak mudah bagimu menjalani ini 
Kau telah kehilangan separuh kekuatanmu
Kau kehilangan sebagian dari hidupmu
Tanpa hadirnya seakan semua semu

Kau adalah nahkoda dalam bahtera ini
Kau pemimpin dari semua awak kapalmu
Walaupun kita harus merelakan satu awak kapal
Yang telah pergi bersama ombak

Separuh jiwamu telah pergi dengan damai
Mengosongkan tempat yang tepat di sebelahmu
Tapi masih ada kami yang berada di belakangmu
Buah cinta Ayah dan Bunda


 Bunda pergi memang sudah waktunya       
 Siap tak siap waktu itu akan datang       
 Tetap arungi laut dan jangan berhenti       
 Taklukan ombak yang kian menghadang       

 Ayah, ijinkan aku menaruh sepenggal harapanku untukmu....      

 Tetaplah bersamaku      
 Dampingi aku mengarungi bahtera ini bersamamu     
 Lindungiku dengan ucap sabdamu pada Tuhan     
 Dekapku dengan semua kasih sayangmu     

 Bertahanlah untukku     
 Kelak ku ingin menorehkan senyum di bibirmu     
 Kelak ku ingin kau bangga akan buatku    
 Dan kelak ku ingin kau hantarkan aku pada laki-laki yang akan memegang tugas    
estafet darimu    

 Ijinkan aku membahagiakanmu    
 Semampu yang akan ku perbuat    
 Doakan aku dalam setiap langkahku    
 Sebagaimana doaku yang selalu tercurah untukmu dan Bunda.  


Tertanda anakmu,
Dini Anggraeni
Posted on by Unknown | No comments

Jumat, 01 Agustus 2014

sedetik

Izinkan aku bercerita tentangnya pada semesta.......

Sekian lama rasa ini hadir
Mengusik setiap lamunan
Hanya mampu memaku
Menahan segala asa

Ruap cinta bertabur
Sekian lama kian mengabur
Betapa tangan ini ingin menggapai
Betapa mata ini ingin bertatap

Tuhan.. kau titipkan hati padaku
Mampukah hatiku bersua dengan hatinya
Sekedar berucap"kau bidadariku"

Entah kapan dan sampai kapan
Kau menjadi bayangan dalam pikirku
Tak bisakah sejenak menoleh
Menjadi sosok nyata walau sedetik
Posted on by Unknown | No comments

Kamis, 17 Juli 2014

Ini Masalah Waktu!

"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, ini mengenai kita", ucap lelaki yang sekarang kian duduk berdampingan bersamaku disebuah taman.
"Memang apa yang mau kamu bicarakan denganku?", tanyaku.

Lelaki itu menghela nafas seakan nafasnya tertahan dengan semua penat campur pikiran yang menguras hati yang hendak ia akan utarakan kepada perempuan yang ada di sampingnya kini.

"Aku sudah banyak melakukan kesalahan sama kamu, sebenarnya aku malu pada diriku sendiri dan kamu. Selama ini aku banyak berpikir dan mendapat banyak sekali pelajaran dari orang-orang yang ada di sekelilingku. Aku iri dengan mereka. Mereka tetap santai dan tetap bahagia walaupun tidak ada wanita di samping mereka. Aku iri dengan mereka yang selalu semangat menjalani hidup yang sesuai dengan ajaranNya. Apa aku salah jika aku iri dalam hal kebaikan? Aku rasa tidak. Bagaimana menurutmu?", ujarnya.
"Aku mengerti apa yang kamu maksudkan dalam pembicaraan ini. Aku sangat mengerti karena inilah sebenarnya yang ingin aku katakan juga kepadamu. Aku pun sama merasa bersalah pada diriku sendiri dan kamu. Cerita kita dahulu, sempat aku menyesalinya, tapi aku tidak hanya ingin sekedar menyesali tetapi aku juga tidak ingin melakukan kesalahan lagi. Begitu juga kamu, aku ingin kamu pun berpikir yang sama sepertiku, jadi hubungan kita..........", ucapku terhenti.

Aku menahan semua pernyataan itu yang sudah sampai pada titik teratas dan ingin aku utarakan, namun ku urungkan niatku itu, menunggu ada suara lelaki menanggapi suaraku.

"Berat rasanya mengucapkan ini padamu, mengambil keputusan ini, berat sekali. Tapi aku ingin belajar, aku ingin mencari ilmu yang belum pernah aku dapatkan. Ilmu kehidupan yang bisa menghantarkan hidupku lebih baik dari sebelumnya dengan koridor yang sesuai, kamu paham itu? Kamu setuju dengan keputusanku?", tanyanya.

Aku berpikir sejenak untuk melepaskan ikatan yang membuat dada ini terasa sesak. Tapi aku coba mengeluarkan beberapa kata.

"Iya, aku setuju", jawabku sembari menghela napas yang cukup panjang.

Lelaki itu menatapku.

"Kamu bohong! Jika kamu keberatan, utarakan saja, aku bisa terima",  ujarnya.

Aku yang sedang menatap ke langit berharap ada jawaban yang turun mengenai kepalaku dan siap aku luncurkan melalui mulutku.

"Aku setuju dengan keputusanmu, dan aku dukung apa yang akan kamu lakukan selama itu baik untukmu dan mampu menjadikan kamu pribadi yang lebih baik sesuai aturanNya, aku terima", jawabku sembari menganggukan kepala.

Kita terdiam sejenak. Lalu aku mencoba memecah kediaman kita.

"Tapi aku takut, aku tidak mau melepas siapapun", ujarku di ikuti kepalaku yang tertunduk dan mata sudah panas menahan genangan air.
"Apa yang kamu takutkan? Aku tidak pergi kemana-mana, aku tetap ada disini. Ini bukan masalah perasaan, ini hanya masalah waktu", jawabnya sembari merangkul ke bahuku.

Aku sudah tidak tahan dengan genangan air ini dan akhirnya aku melepaskan air itu untuk mengalir membasahi pipiku. Aku menangis dan aku hanya menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Ini menyiksa perasaanku. Tapi aku juga mau kamu memperbaiki diri kamu. Perasaankulah yang masih mengikatmu dan enggan melepaskanmu", ucapku dengan suara lirih.
"Aku merasakan apa yang kamu rasakan. Aku sangat mengerti itu karena akupun merasakan hal yang sama. Percayalah padaku, akupun berat melakukan ini, tapi ini yang harus kita lakukan", ucapnya.

Menghela nafas yang panjang.

"Akupun akan melakukan hal yang sama denganmu", ucapku.

Kita terdiam sejenak.

"Aku setuju, mari kita lakukan ini", ujarku mantap.



Kita di pertemukan oleh waktu
Kita di pisahkan pula oleh waktu
Ini masalah waktu
Biar waktu tetap menjadi waktu

Aku tidak melepaskanmu
Aku hanya melonggarkan genggamanku
Membiarkan kita bergerak tanpa beriringan
Berada di dua jalan untuk satu tujuan

 Perasaan ini terhenyak
Pikiran ini terkoyak
Tapi jangan biarkan jiwa kita bokbrok
Dan jadi terkotak-kotak

Percayalah...
Kita akan lebih baik
Ini hanya persimpangan jalan
Tempuhlah jalanmu sesuai aturan-Nya
Aku pun begitu

Setiap persimpangan jalan
Kita akan menemukan hanya satu alur
Alur itulah yang akan kita tempuh bersama
Untuk sampai pada jalan itu
Waktulah
Ini masalah waktu!

Posted on by Unknown | No comments

Selasa, 08 Juli 2014

Hidup untuk berjuang

Saya adalah manusia yang selalu ingin mencari keindahan yang telah Allah torehkan di dunia. Khususnya di tempat kelahiranku: Bandung.
Perjalanan menuju tempat yang indah tak selalu beraspal dan lurus. Terkadang berbatu, berbelok bahkan terjal, tanjakan dan turunan. Tak semudah itu ternyata.
Tapi aku selalu berusaha menaklukan apapun rintangan dan hambatan itu untuk mencapai tempat tujuanku.
Aku belajar dari setiap perjalanan yang pernah ku tempuh.

"Hiduplah untuk berjuang"

Apa jadinya jika kalimat ini di balik menjadi "Berjuang untuk hidup".
Semua orang yang ada di muka bumi ini akan melakukan banyak cara untuk mempertahankan HIDUP mereka.

Tapi apa makna "Hidup untuk berjuang"?
Seperti perjalananku yang tak selalu mudah. Butuh perjuangan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Dan Allah mengujinya dengan halangan dan rintangan yang senantiasa ada. Sejauh mana manusia mampu manaklukan itu semua. Tergantung usaha dan tujuan kita.

Jangan hanya berjuang untuk hidup. Dunia bukan tempat kekal kita. Kita tak selamanya tinggal di dunia. Dunia hanya kontrakan yang Allah ijinkan kita menempatinya dengan batas waktu yang Allah tentukan pula.

Tapi hidup untuk berjuang. Berjuang menggapai apa yang kita inginkan. Berjuang untuk memenuhi bekal kita untuk menempati tempat kekal kita nanti. Akhirat.

Posted on by Unknown | No comments

Minggu, 06 Juli 2014

S E M A N G A T

Mengapa seorang pelari sanggup berlari hingga garis akhir?
Mengapa seorang petani rela bergulat dengan tanah dan lumpur?
Mengapa seorang penari balet mampu menari walau kakinya sering terkilir?
Apa yang membuat mereka mau dan mampu menghadapi semua rintangan dan hambatan yang mereka sadar akan hal itu?

Seorang pelari pasti akan merasa lelah saat ia berlari, tapi apa itu membuatnya ia berhenti?
Seorang petani akan merasa lelah ketika ia selalu membungkuk menghadap ke tanah dan lumpur yang ia pijak, tapi apa ia akan terhenti karena jijik harus mengotori kedua kakinya?
Seorang penari balet akan lelah ketika ia menari kesana kemari dengan anggunnya, tapi apa ia akan berhenti karena kakinya yang terkilir?

Apa yang membuat mereka bertahan?


S E M A N G A T

                                                      
Semangat yang mereka pelihara selama ini.
Seorang pejuang tidak akan takut akan hambatan karena ia tahu itu pasti akan terjadi.
Hambatan dan rintangan tidak menyurutkan semangatnya.Pelari, Petani, Penari Balet, dan semua macam pekerjaannya, semua akan ada hambatan dan rintangan. Tapi bagaimana kita melewati semua hal itu???



Peliharalah S E M A N G A T mu.


Ketika semangat itu mulai turun. Ketika semua usaha yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Itu sudah menjadi ketetapan-Nya. Kita hanya bisa menerima dan melakukan daur ulang dengan semangat kita.
Ingatlah kepada tujuan kita.
Ingatlah bahwasanya semua ketetapan itu pasti akan terjadi.
Dan Ingatlah kematian. Karena pada saat itulah kamu sudah tidak ada waktu untuk melakukan semua yang bisa kamu lakukan di dunia.
Posted on by Unknown | No comments

Minggu, 02 Februari 2014